Friday, 6 March 2015

Cabang Iman kedua Iman Kepada Nabi dan Rasul

Sepertiga Al-Qur’an berisi tentang kisah-kisah rasul. Ini berarti kisah-kisah tersebut memiliki posisi penting dalam kehidupan beragama kita. Kisah-kisah itu bertujuan sebagai bahan perenungan kita. bahan introspeksi kita.

Kita selalu berpikir, kita hidup di zaman krisis teladan, krisis orang bijaksana, dan krisis kepemimpinan. Lalu kita keluhkan kebobrokan umat, kemerosotan moral, dan dehumanisasi kemanusiaan. Dengan pikiran demikian, Jadilah kita generasi apatis terhadap peradaban dan pesimis terhadap masa depan. Parahnya, seringkali yang melahirkan pemikiran ini adalah intelektual muslim yang disegani. Dia mumpuni secara pengetahuan, tapi pengetahuannya membawa pada inferioritas umat dan pesimis terhadap hidup. Lebih baik bodoh tapi tersenyum menghadapi kerasnya kehidupan dan menjadikannya ladang amal sholeh daripada serba tahu tapi penuh pesimisme dan tidak turun tangan membenahi keadaan.

Seburuk apapun keadaan umat, sebesar apapun krisis keteladanan, Allah telah berjanji untuk terus menjaga Al-Qur’an. Ada kisah-kisah yang inspiratif dan selalu bisa dijadikan teladan. Yaitu kisah-kisah rasul yang telah Allah utus untuk manusia.


Coba kita berpikir jernih, apakah saat nabi Muhammad diutus, keadaan Mekkah begitu penuh keteladanan dan kebijaksanaan? Atau keadaan Mekkah saat itu dalam kejahiliyahan, kebodohan, dan kemerosotan moral? Kita tahu dalam kitab-kitab siroh Nabi Muhammad, bangsa Arab saat itu mengalami kekacauan yang luarbiasa dalam hal politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Dulu Nabi Muhammad harus menghadapi keadaan masyarakat yang membudayakan perbudakan manusia, masyarakat yang maniak mabuk, perang, dan menindas yang lemah, serta kejam pada perempuan. Bagi orang arab saat itu memiliki anak perempuan adalah aib sehingga mereka harus menguburnya hidup-hidup, kehidupan penuh dengan hal magis yang tak masuk akal. Dengan gambaran seperti ini tentu masyarakat jaman itu tidak memiliki ketaladanan, krisis moral yang akut. Nabi Muhammad hanya seorang diri. Beliau yatim piatu. Tak mungkin menjadi teladan sendirian dan merubah keadaan masyarakat. Lalu Allah melalui Al-qur’an, Dia menceritakan kisah-kisah rasul teladan sebagai role model bagi bangsa Arab, sehingga generasi saat itu berhasil keluar dari gelap menuju cahaya.

Kisah-kisah Rasul ini telah kita lupakan atau jarang kita ingat dalam kehidupan beragama kita. Yang selalu kita bahas adalah masalah fiqih dan debat tahunan mengenai awal dan akhir Ramadhan atau debat abadi masalah qunut, batas celana di atas mata kaki, menumbuhkan jenggot, fatwa haram ini dan itu, dan lain-lain. Kisah Rasul kita ingat setidaknya setahun dua kali, saat maulid Nabi Muhammad dan Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail saat Idul Qurban. 22 Rasul yang lain kita tirikan dan amat jarang kita renungkan. Padahal pelajaran hidup dunia akhirat berhulu dari sana.

Berikut beberapa perenungan terhadap beberapa kisah Rasul

Dari kisah Nabi Adam kita belajar tentang mensyukuri apa yang kita miliki. Nabi Adam bertempat tinggal di surga bersama hawa. Apapun boleh mereka makan dan minum. Tapi nabi Adam nekat untuk menikmati apa yang terlarang yaitu makan buah khuldi padahal banyak sekali yang halal yang bisa ia nikmati. Saya merenung, betapa sering saya melakukan hal seperti ini dan nampaknya memang sudah menjadi tabiat manusia untuk berangan-angan atas apa yang tidak dimiliki dan lupa pada hal-hal yang dimiliki dan bisa dinikmati. Muncullah Postulasi hukum kehidupan pertama yaitu ‘bila kita tak bisa mensyukuri manisnya nikmat maka kita akan diuji dengan pahitnya kehilangan. Nabi Adam tidak bersyukur maka ia terusir dari surga. Nabi Adam kehilangan surga.

Kemudian kita belajar dari Nabi Adam tentang bersikap menghadapi kehilangan. Nabi Adam telah kehilangan surga. sekali lagi kita pertegas. Nabi Adam kehilangan surga. seperti yang kita yakini surga adalah puncak keindahan, kebahagiaan, dan kesenangan, dan Nabi Adam telah kehilangan itu. yang menarik adalah Nabi Adam tidak menangisinya seumur hidup, tidak menyesalinya begitu larut. Dan lebih unik lagi sesungguhnya bukanlah surga yang nabi Adam tangisi. Tapi ia menangisi kemarahan Allah dan kesalahannya yang telah ia lakukan. Nabi Adam menangis, menyesal, dan bertaubat. Nabi Adam melantunkan doa yang sangat indah, penuh cinta, dan penuh kerendahhatian di hadapan Allah.

“Rabbanaa dzalamnaa anfusanaa wa in lam taghfirlana wa tarhamnaa lanakunanna minal khasiriin”

“oh Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami sendiri, dan jikalah Engkau tidak mengampuni dan menyanyangi kami. Sungguh kami akan menjadi golongan orang yang merugi”

Dari Nabi Nuh kita belajar tentang kesabaran, fokus berkarya tanpa mendengar hinaan orang, dan kecintaan tulus kepada manusia. Nabi Nuh membuat perahu atas perintah Allah untuk menyelamatkan orang-orang dari banjir besar yang akan datang. Nabi Nuh membuat perahu dengan tulus, mengajak orang-orang untuk mengikuti Nabi Nuh. Nabi Nuh yang berniat baik mengajak pada keselamatan dunia dan akhirat malah dihina dan caci maki sebagai orang gila. Nabi Nuh tak acuh terhadap semua perkataan orang-orang, ia fokus untuk membuat perahu dan akhirnya Nabi Nuh berhasil selamat beserta para pengikutnya.

Membaca kisah Nabi Yusuf  membuat kita kagum terhadap rasa persaudaraan dan nihilnya rasa dendam di hati nabi Yusuf kepada saudaranya yang menjahatinya, padahal Nabi Yusuf dibuang ke dalam surmur dan ditinggalkan oleh saundara-saudaranya. Nabi Yusuf menjalani hidup yang berat sebagai budak, di usia dini ia harus bekerja kasar dan jauh dari keluarga. Ketika beranjak dewasa Nabi Yusuf dipenjara karena dituduh hendak berbuat asusila pada Zulaikha. Begitu menyedihkan kisah hidup Nabi Yusuf tapi beliau jalani dengan prasangka baik pada Allah dan taat pada-Nya. Akhirnya dengan ilmu dan kebijaksanaan, Nabi Yusuf bisa melewati masa sulit dan merasakan keindahan. Nabi Yusuf menjadi bendahara Mesir dan bertemu kembali dengan keluarganya.

Kisah Nabi Musa penuh dengan inspirasi. Dimulai dengan hanyutnya Nabi Musa di dalam sebuah peti untuk menyelamatkan diri. Saat itu bayi laki-laki Bani Israil harus musnah atas perintah Fir’aun yang keji. Lalu Nabi Musa diadopsi menjadi anak setelah ditemukan oleh seorang istri. Ternyata itu istri fir’aun yang sholehah penyembah Ilahi.

Musa tumbuh di dalam Istana hingga ia dewasa, lalu ia menjadi utusan Allah bersama Harun Saudaranya. Nabi Musa diperintahkan Allah untuk mengingatkan Fir’aun yang melampaui batas dan lupa pada Allah yang Maha. Nabi Musa dan Nabi Harun bersama melawan tirani Fir’aun dengan lemah lembutnya nasehat bermakna dan kata-kata yang sederhana. Tapi Fir’aun dengan sombongnya menolak dan berkata “ana rabbukumul a’la”. “Aku adalah tuhan kalian yang tinggi dan kuasa”.

Fir’aun yang merasa tinggi hati hingga mengakui diri menjadi tuhan yang sejati akhirnya dihinakan oleh Allah dengan membiarkan Fir’aun dan pasukannya tenggelam di laut dasar laut hingga mati. Sungguh ironi.

Kisah-kisah Rasul begitu beragam dan komplit secara konteks. Penuh dengan pelajaran-pelajaran yang bermanfaat dan bermakna untuk keselamatan dunia dan akhirat manusia. iman kepada Nabi dan Rasul menjadi hal yang penting. Jika kita orang yang miskin, kita bisa belajar kesabaran dari Nabi Ayub. jIka kita seorang yang kaya harta dan memiliki jabatan yang berada, maka Nabi Daud dan Sulaiman bisa dijadikan teladan dan contoh hidup bersahaja.

Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Syua’ib, Ibrahim, Luth, Ishaq, Ismail, Yakub, Yusuf, Ayub, Musa, Harun, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Yunus, Ilyas, Ilyasa, Zakaria, Yahya, Isa, dan Muhammad. Seluruhnya adalah pelajaran yang berharga dan harus direnungkan selalu dalam ruang kesadaran kita.

Firman Allah

(والمؤمنون كل ءامن بالله وملاءكته وكتبه ورسله)  [البقرة : 285]

"Dan orang mukmin itu seluruhnya beriman pada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya”

Membaca kisah-kisah rasul sangat penting karena pelajarannya yang begitu berharga. Lalu yang lebih penting lagi menggunakan kisah-kisah rasul tersebut menjadi bahan renungan dan introspeksi diri kita dalam beragama dan beridabah pada Allah SWT. Bacalah dengan hati, kejujuran, dan pemahaman yang tulus. Dengan satu keinginan  di dalam hati yaitu ingin menjadi pengikut orang-orang yang berada di jalan lurus, bukan jalan-jalan orang yang Allah murkai dan orang-orang yang hilang arah.

Rekomendasi Buku

·         Qishoshul Anbiya’i Ibnu katsir.

No comments:

Post a Comment