Sepertiga Al-Qur’an berisi tentang kisah-kisah rasul. Ini berarti
kisah-kisah tersebut memiliki posisi penting dalam kehidupan beragama kita.
Kisah-kisah itu bertujuan sebagai bahan perenungan kita. bahan introspeksi
kita.
Kita selalu berpikir, kita hidup di zaman krisis teladan, krisis
orang bijaksana, dan krisis kepemimpinan. Lalu kita keluhkan kebobrokan umat,
kemerosotan moral, dan dehumanisasi kemanusiaan. Dengan pikiran demikian,
Jadilah kita generasi apatis terhadap peradaban dan pesimis terhadap masa
depan. Parahnya, seringkali yang melahirkan pemikiran ini adalah intelektual
muslim yang disegani. Dia mumpuni secara pengetahuan, tapi pengetahuannya
membawa pada inferioritas umat dan pesimis terhadap hidup. Lebih baik bodoh
tapi tersenyum menghadapi kerasnya kehidupan dan menjadikannya ladang amal
sholeh daripada serba tahu tapi penuh pesimisme dan tidak turun tangan
membenahi keadaan.
Seburuk apapun keadaan umat, sebesar apapun krisis keteladanan,
Allah telah berjanji untuk terus menjaga Al-Qur’an. Ada kisah-kisah yang
inspiratif dan selalu bisa dijadikan teladan. Yaitu kisah-kisah rasul yang
telah Allah utus untuk manusia.
Coba kita berpikir jernih, apakah saat nabi Muhammad diutus,
keadaan Mekkah begitu penuh keteladanan dan kebijaksanaan? Atau keadaan Mekkah
saat itu dalam kejahiliyahan, kebodohan, dan kemerosotan moral? Kita tahu dalam
kitab-kitab siroh Nabi Muhammad, bangsa Arab saat itu mengalami kekacauan yang
luarbiasa dalam hal politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Dulu Nabi Muhammad harus menghadapi keadaan masyarakat yang
membudayakan perbudakan manusia, masyarakat yang maniak mabuk, perang, dan
menindas yang lemah, serta kejam pada perempuan. Bagi orang arab saat itu memiliki
anak perempuan adalah aib sehingga mereka harus menguburnya hidup-hidup,
kehidupan penuh dengan hal magis yang tak masuk akal. Dengan gambaran seperti
ini tentu masyarakat jaman itu tidak memiliki ketaladanan, krisis moral yang
akut. Nabi Muhammad hanya seorang diri. Beliau yatim piatu. Tak mungkin menjadi
teladan sendirian dan merubah keadaan masyarakat. Lalu Allah melalui Al-qur’an,
Dia menceritakan kisah-kisah rasul teladan sebagai role model bagi bangsa Arab,
sehingga generasi saat itu berhasil keluar dari gelap menuju cahaya.
Kisah-kisah Rasul ini telah kita lupakan atau jarang kita ingat
dalam kehidupan beragama kita. Yang selalu kita bahas adalah masalah fiqih dan
debat tahunan mengenai awal dan akhir Ramadhan atau debat abadi masalah qunut, batas
celana di atas mata kaki, menumbuhkan jenggot, fatwa haram ini dan itu, dan
lain-lain. Kisah Rasul kita ingat setidaknya setahun dua kali, saat maulid Nabi
Muhammad dan Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail saat Idul Qurban. 22 Rasul yang lain
kita tirikan dan amat jarang kita renungkan. Padahal pelajaran hidup dunia
akhirat berhulu dari sana.
Berikut beberapa perenungan terhadap beberapa kisah Rasul
Dari kisah Nabi Adam kita belajar tentang mensyukuri apa yang kita
miliki. Nabi Adam bertempat tinggal di surga bersama hawa. Apapun boleh mereka
makan dan minum. Tapi nabi Adam nekat untuk menikmati apa yang terlarang yaitu
makan buah khuldi padahal banyak sekali yang halal yang bisa ia nikmati. Saya
merenung, betapa sering saya melakukan hal seperti ini dan nampaknya memang
sudah menjadi tabiat manusia untuk berangan-angan atas apa yang tidak dimiliki
dan lupa pada hal-hal yang dimiliki dan bisa dinikmati. Muncullah Postulasi
hukum kehidupan pertama yaitu ‘bila kita tak bisa mensyukuri manisnya nikmat maka
kita akan diuji dengan pahitnya kehilangan. Nabi Adam tidak bersyukur maka ia
terusir dari surga. Nabi Adam kehilangan surga.
Kemudian kita belajar dari Nabi Adam tentang bersikap menghadapi
kehilangan. Nabi Adam telah kehilangan surga. sekali lagi kita pertegas. Nabi
Adam kehilangan surga. seperti yang kita yakini surga adalah puncak keindahan,
kebahagiaan, dan kesenangan, dan Nabi Adam telah kehilangan itu. yang menarik
adalah Nabi Adam tidak menangisinya seumur hidup, tidak menyesalinya begitu
larut. Dan lebih unik lagi sesungguhnya bukanlah surga yang nabi Adam tangisi.
Tapi ia menangisi kemarahan Allah dan kesalahannya yang telah ia lakukan. Nabi
Adam menangis, menyesal, dan bertaubat. Nabi Adam melantunkan doa yang sangat
indah, penuh cinta, dan penuh kerendahhatian di hadapan Allah.
“Rabbanaa dzalamnaa anfusanaa wa in lam taghfirlana wa tarhamnaa
lanakunanna minal khasiriin”
“oh Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami sendiri, dan
jikalah Engkau tidak mengampuni dan menyanyangi kami. Sungguh kami akan menjadi
golongan orang yang merugi”
Dari Nabi Nuh kita belajar tentang kesabaran, fokus berkarya tanpa
mendengar hinaan orang, dan kecintaan tulus kepada manusia. Nabi Nuh membuat
perahu atas perintah Allah untuk menyelamatkan orang-orang dari banjir besar
yang akan datang. Nabi Nuh membuat perahu dengan tulus, mengajak orang-orang
untuk mengikuti Nabi Nuh. Nabi Nuh yang berniat baik mengajak pada keselamatan
dunia dan akhirat malah dihina dan caci maki sebagai orang gila. Nabi Nuh tak
acuh terhadap semua perkataan orang-orang, ia fokus untuk membuat perahu dan
akhirnya Nabi Nuh berhasil selamat beserta para pengikutnya.
Membaca kisah Nabi Yusuf membuat kita kagum terhadap rasa persaudaraan
dan nihilnya rasa dendam di hati nabi Yusuf kepada saudaranya yang
menjahatinya, padahal Nabi Yusuf dibuang ke dalam surmur dan ditinggalkan oleh
saundara-saudaranya. Nabi Yusuf menjalani hidup yang berat sebagai budak, di
usia dini ia harus bekerja kasar dan jauh dari keluarga. Ketika beranjak dewasa
Nabi Yusuf dipenjara karena dituduh hendak berbuat asusila pada Zulaikha.
Begitu menyedihkan kisah hidup Nabi Yusuf tapi beliau jalani dengan prasangka
baik pada Allah dan taat pada-Nya. Akhirnya dengan ilmu dan kebijaksanaan, Nabi
Yusuf bisa melewati masa sulit dan merasakan keindahan. Nabi Yusuf menjadi
bendahara Mesir dan bertemu kembali dengan keluarganya.
Kisah Nabi Musa penuh dengan inspirasi. Dimulai dengan hanyutnya
Nabi Musa di dalam sebuah peti untuk menyelamatkan diri. Saat itu bayi
laki-laki Bani Israil harus musnah atas perintah Fir’aun yang keji. Lalu Nabi
Musa diadopsi menjadi anak setelah ditemukan oleh seorang istri. Ternyata itu
istri fir’aun yang sholehah penyembah Ilahi.
Musa tumbuh di dalam Istana hingga ia dewasa, lalu ia menjadi
utusan Allah bersama Harun Saudaranya. Nabi Musa diperintahkan Allah untuk
mengingatkan Fir’aun yang melampaui batas dan lupa pada Allah yang Maha. Nabi
Musa dan Nabi Harun bersama melawan tirani Fir’aun dengan lemah lembutnya
nasehat bermakna dan kata-kata yang sederhana. Tapi Fir’aun dengan sombongnya
menolak dan berkata “ana rabbukumul a’la”. “Aku adalah tuhan kalian yang tinggi
dan kuasa”.
Fir’aun yang merasa tinggi hati hingga mengakui diri menjadi tuhan
yang sejati akhirnya dihinakan oleh Allah dengan membiarkan Fir’aun dan
pasukannya tenggelam di laut dasar laut hingga mati. Sungguh ironi.
Kisah-kisah Rasul begitu beragam dan komplit secara konteks. Penuh
dengan pelajaran-pelajaran yang bermanfaat dan bermakna untuk keselamatan dunia
dan akhirat manusia. iman kepada Nabi dan Rasul menjadi hal yang penting. Jika
kita orang yang miskin, kita bisa belajar kesabaran dari Nabi Ayub. jIka kita
seorang yang kaya harta dan memiliki jabatan yang berada, maka Nabi Daud dan
Sulaiman bisa dijadikan teladan dan contoh hidup bersahaja.
Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Syua’ib, Ibrahim, Luth, Ishaq,
Ismail, Yakub, Yusuf, Ayub, Musa, Harun, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Yunus,
Ilyas, Ilyasa, Zakaria, Yahya, Isa, dan Muhammad. Seluruhnya adalah pelajaran
yang berharga dan harus direnungkan selalu dalam ruang kesadaran kita.
Firman Allah
(والمؤمنون كل ءامن بالله
وملاءكته وكتبه ورسله) [البقرة : 285]
"Dan orang
mukmin itu seluruhnya beriman pada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya”
Membaca kisah-kisah rasul sangat penting karena pelajarannya yang
begitu berharga. Lalu yang lebih penting lagi menggunakan kisah-kisah rasul
tersebut menjadi bahan renungan dan introspeksi diri kita dalam beragama dan
beridabah pada Allah SWT. Bacalah dengan hati, kejujuran, dan pemahaman yang
tulus. Dengan satu keinginan di dalam
hati yaitu ingin menjadi pengikut orang-orang yang berada di jalan lurus, bukan
jalan-jalan orang yang Allah murkai dan orang-orang yang hilang arah.
Rekomendasi Buku
·
Qishoshul
Anbiya’i Ibnu katsir.
No comments:
Post a Comment