Saturday, 28 February 2015

Malu dong malu..Belajar yang rajin

Ini pengalaman yang membuat saya kaget setengah mati. Saat itu hari Jum’at di Cihampelas Bandung. Jam di dinding menunjukan pukul 11. Saya dan kakek pergi ke masjid An-Nur untuk shalat Jum’at. 

Masjid masih sepi. Adzan Dhuhur sekitar satu jam lagi. Selepas wudhu saya menuju shaf paling depan, di sana ada seorang bapak yang beruban lebat duduk sambil menunduk membaca sesuatu. Terlihat dari belakang bapak itu sudah begitu tua. 


“wah bapak ini rajin sekali ke masjid untuk Jum’atan” kata saya dalam hati.


Setelah posisi saya dekat dengan bapak itu, saya kaget betul. Saya lihat bapak itu dari dekat, ternyata bapak itu seorang tuna netra. Dengan sangat tenang dan khusyu dia sedang membaca Al-Qur’an braile!


Sebagai anak muda hati saya tertampar keras. Pemandangan seorang bapak tua tuna netra sedang khusyu membaca Al-Qur’an menghujam jantung saya. ‘Jleb jleb jleb’. Tiga tikaman bersarang di dada. 


“hai anak muda yang sehat mata. Mana Al-Qur’anmu? Sudah baca sampai mana? sudah kau amalkan sejauh apa?”

Saya merenung. Bapak yang sudah tua dan tak bisa melihat, ia pantang menyerah untuk membaca firman Allah. saya apa kabar?


Lalu pengalaman saya di Damaskus membuat saya kagum . Saya bertemu dengan teman-teman yang hafal dan merdu melantunkan Al-Qur’an. Teman saya bernama Abdurahman, dia baru berumur 15 tahun dan telah hafal Al-Qur’an. Teman dari Macedonia, Aljazair, Bahkan teman senegara saya dari Solo hafal Al-Qur’an. 


Pertanyaan antara siswa-siswa di Syria bukan lagi “kamu sudah hafal berapa juz Al-Qur’an?”. Tapi “Selain hafal Al-Qur’an dengan qira’ah Hafs, kamu hafal qira’ah apa?”


Begitu juga dengan penguasaan bahasa. Mereka sudah tidak bertanya lagi “kamu menguasai bahasa inggris dan bahasa arab tidak?”. Tapi “selain bahasa inggris dan bahasa arab, kamu menguasai bahasa apa?”


Di atas langit ada langit. Jangan pernah puas dengan keadaan sekarang yang sepertinya sudah cukup dan cakap. 

Dalam kediaman dan kemalasan kita, ada banyak orang lain yang selalu berprogres maju. 


Di saat kita mengeluh sudah terlalu tua untuk belajar dan menguasai pelajaran, ada banyak orang yang lebih tua dan semangat untuk belajar, bahkan baru mulai belajar alif ba ta tsa tanpa keluhan.


Di waktu kita letih atas kesulitan, ada banyak orang lain yang tak sempat memikirkan hal begitu karena sibuk berjuang.

Kita sehat dan memiliki 5 indra yang berfungsi dengan baik. Mau menunggu apa lagi untuk berjuang? Mau punya alasan apa lagi untuk menunda?


Mengembangkan diri selalu terasa tidak penting dan mendesak, sampai kita tahu perihnya penyesalan. Waktu berlalu dan kesempatan hilang.


Ya. semoga kita selalu bisa berjuang tanpa keluh kesah. Berkembang dan memantaskan diri menjadi diri yang lebih baik. In harmonia progressio.


###

Tambahan..

Saya baru membaca buku My Brief History, biografi dari fisikawan terkenal, Stephen Hawking. Dia bercerita, selepas dia lumpuh total dan hanya bisa terduduk di kursi roda. Dia bisa menulis 7 buku best-seller dan beberapa makalah fisika. Tangan dan jarinya tak bisa bergerak, dia menulis tidak menggunakan kedua tanggannya, tapi menggunakan sensor gerakan mata. Dia menulis dibantu perangkat komunikasi yang merepotkan tapi dia tetap menulis.

Ckckckc..



No comments:

Post a Comment