Saturday, 28 February 2015

Saya dan Perpusatakaan

Perpustakaan menjadi bagian hidup saya. Saya dengan perpustakaan seperti Somay dengan bumbu kacang. Begitu klop dan saling melengkapi.

Ceritanya berawal sejak SMA kelas X di pesantren. Saya adalah anak SMA yang bodoh. Saat itu ada tes IQ, Teman-teman saya memiliki IQ yang besar. Mereka berIQ 140, 135, 129. Mereka memang teman-teman saya yang jenius.

Coba tebak berapa IQ saya? dengan sangat sedih saya akan beri tahu kalian, IQ saya hanya 101!

Bayangkan kawan-kawan pembaca. IQ saya 101! Gilaaaaa. IQ saya hanya 1 poin lebih tinggi dari batas orang normal. Kurang dikit lagi saja saya sudah ditolak di SDnya Forest Gump!

Ujian Fisika, Kimia, dan Biologi sangatlah bagus. Nilainya 4! Sayang saat itu saya bukan anak kuliahan, tapi anak SMA. Masa SMA saya suram banget deh. Apapun ujiannya pasti kena remedial. Aduh masa SMA adalah The Dark Ages bagi saya.

Frustasi. Saya sering nangis karena gak bisa apa-apa. Hmm.. Sudah bodoh cengeng juga. Dasar lelaki pemakan somay ngutang. 

Satu-satunya tindak intelektual yang bisa saya lakukan hanyalah membaca. Walaupun saya bodoh dan IQ saya tidak bisa dibanggakan, setidaknya saya tidak buta huruf. Oke, saya pikir-pikir saat itu, ada baiknya saya tidak terlalu peduli dengan keterbatasan saya. lebih baik saya fokus pada apa yang bisa saya lakukan. Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin.

Saya bisa membaca. Hanya bisa itu. Maka saya bertekad akan menjadi pembaca yang luarbiasa tekun!

Sekali baca saya tidak hanya memegang 1 buku. Kadang 3, 5, paling banyak 7! Setiap saya merasa bosan dengan buku yang saya baca, saya segera beralih ke buku yang lain. Sebenarnya saya tidak suka membaca, jadi saya paksakan untuk suka. Ya mau bagaimana lagi, Cuma ini yang bisa saya lakukan.

Nah, karena itulah saya jadi sering ke perpustakaan pesantren saya. Di sana lumayan tersedia banyak buku. Banyak buku sumbangan yang bagus-bagus. Kakak kelas yang telah meninggalkan pesantren biasanya menyumbangkan buku-bukunya ke perpustakaan. 

Setiap hari saya ke perpustakaan. Sampai-sampai perpustakaan pesantren saya itu jadi berbau khas kaki saya. hahahaha. Kaki saya bau saudara-suadara. Untuk ke perpustakaan mesti buka sepatu. Ya habis keringetan sekolah lalu ke perpustakaan membuka sepatu. Jadi bukan salah saya dong perpustakaan jadi bau. 

Vino menjadi patner saya dalam membaca. Kami duduk paling belakang, di kolong meja kami tersimpan banyak sekali buku. Guru-guru silakan berbicara di depan kelas, Saya dan Vino tetap membaca buku di bangku dengan asyik.

Saya pernah bilang ke Vino 

“No, klo kamu belum berhasil mengacak-ngacak rak buku perpustakaan tempat kamu belajar atau sekolah, dan belum kau baca habis semua bukunya, berarti kamu belum sungguh-sungguh lulus dari sekolah itu!”

Gila. Sungguh kalimat yang buat merinding. Kami berdua berhasil membaca semua buku yang ada di perpustakaan pesantren kami. tapi setelah saya kuliah di UI. Saya bingung bagaimana baca buku sebegitu banyaknya, perpustakaan UI terbesar seAsia Tenggara cuy. Gimana saya mau baca semua bukunya? 

Sedangkan Vino kuliah di Unpad, Dia sekarang maju sebagai ketua BEM Unpad. Membaca banyak buku mengantarkan dia menjadi pemimpin di kampusnya.

Saat kelas XI saya membaca buku yang luarbiasa. Sebuah Novel/Memoar karya John Wood berjudul Leaving Microsoft to Change The World. John Wood seorang pejabat eksekutif di Microsoft. Setelah ia pergi ke Nepal untuk mendaki Himalaya, hidupnya berubah. Dia menemukan orang-orang Nepal yang kurang beruntung. Mereka tak memiliki perpustakaan yang memadai di sekolahnya. John Wood menjadi terkenang masa kecilnya yang penuh dengan buku-buku.

John Wood akhirnya memutuskan untuk keluar dari Microsoft dan mendirikan organisasi nirlaba bernama Room to Read. Perjuangan yang sungguh inspiratif. hingga saat ini John Wood dengan Room to Readnya telah mendirikan 16,549 Perpustakaan, 1,824 sekolah, dan mendistribusikan 14,588,494 buku di Bangladesh, Cambodia, India, Laos, Nepal, South Africa, Sri Lanka,Tanzania, Vietnam and Zambia 

Saya ketika membaca kisah perjuangan John Wood, badan jadi gemetar dan takjub. Saya ingin seperti John Wood, mendirikan perpustakaan di banyak tempat. Ini menjadi cita-cita saya.

Lalu hal mengharukan terjadi pada saya. Adik saya bernama Rusyda Deviana, ketika ia lulus SMA dia bilang pada saya

“A Ginan, Devi mau lanjut kuliah di jurusan ilmu perpustakaan. A Ginan pernah bilang ingin punya perpustakaan. Biar nanti Devi yang akan mengelolanya a!”

So Sweet...

Saat ini Devi telah lulus kuliah jurusan ilmu perpustakaan, ia bekerja menjadi librarian di SMAN 1 Leuwiliang. Semenjak Devi bekerja di sana, pengunjung perpus menjadi membludak. Karena dulunya perpustakaan sekolah selalu terbengkalai. Devi mengurus perpustakaan dengan sangat baik, sehingga pengunjung pun menjadi tertarik untuk datang.

Setiap bulan perpustakaan yang dikelola Devi mendapat penghasilan 1 juta rupiah dari peminjaman buku. Devi mempercayakan saya sebagai rekomendator untuk pengembangan koleksi buku perpustakaan. Setiap bulan saya belanja buku untuk perpustakaan. Saya bisa membeli buku apapun yang saya suka dan ingin baca, hahaha. Untuk selanjutnya buku itu akan menjadi koleksi perpustakaan SMAN 1 Leuwiliang.

Setiap bulan saya belanja buku sebesar 1 juta. Rupiah. Lumayan bisa membeli beberapa belas buku dengan uang itu. Mimpi saya ingin memiliki perpustakaan seolah telah terwujud. walau tidak menggunakan uang sendiri. Ya seperti pepatah lama. Menikmati tidak harus memiliki. Hahaha

Ternyata buku-buku pilihan saya laku dipinjam anak SMA. Selara saya memang bermutu. Akhirnya banyak yang suka datang ke perpustakaan dan rajin meminjam. Haaah senang sekali. 

Alhamdulillah saya jadi banyak sekali mendapat keuntungan. Saya selalu bisa membaca buku yang ingin saya baca, saya tidak akan pernah tertinggal untuk membaca buku terbitan baru, dan saya membantu sebisa saya untuk kemajuan perpustakaan SMAN tempat Devi bekerja.

Saya anak SMA bodoh ini akhirnya bisa berguna. Gara-gara membaca dan perpustakaan, saya jadi bisa menulis. Ya walau beginilah tulisan saya. seadanya.

Itulah kisah saya dengan perpustakaan. Terimakasih sudah membaca...


No comments:

Post a Comment