Dalam tulisan ini saya akan menjabarkan
beberapa hal yang menarik untuk dibahas secara filosofis dari film Disney
Classic Alice in Wonderland (1951). Film ini menceritakan tentang seorang anak
perempuan yang ‘terjebak’ di dunia bernama wonderland. Dunia yang terbalik dari
dunia yang kita hidupi sekarang. Sesuatu yang nonsense di dunia ini akan make
sense di wonderland dan sebaliknya. Di wonderland hewan, benda, dan tumbuhan bisa
bicara dengan bahasa manusia (bahasa inggris).
Hal pertama yang akan saya bahas adalah soal
bahasa yang digunakan di wonderland. mengapa bahasa inggris? ketika muncul
seekor kelinci yang berlari sambil berteriak “i’m late.. i’m late”. Imajinasi tentang
wonderland ini muncul dari seorang anak perempuan yang berkomunikasi dengan
bahasa inggris, maka produk dari imajinasi anak perempuan ini menyesuaikan
dengan kapasitas si anak dalam berbahasa. Sepanjang Alice di wonderland, semua
hewan, benda, dan tumbuhan berbicara dan bernyanyi dengan bahasa inggris.
saya teringat tentang konsep skemata. Menurut Piaget, skemata merupakan
representasi bentuk dari seperangkat persepsi, ide, dan aksi yang
diasosiasikan, dan merupakan dasar pembangunan pemikiran. Skemata selalu
berkembang sejalan dengan kapasitas pengalamannya. Dalam perkembangannya
skemata sebelumnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari skemata baru.
Dalam kejadian Alice di wonderland yang menggunakan bahasa inggris, ini terbentuk
berdasarkan skemata yang Alice miliki, yaitu bahasa inggris.
Hewan, benda,
dan tumbuhan yang ada di wonderland pun sesuai dengan skemata yang dimiliki
Alice. Kita tidak melihat orang utan, penguin, rafllesia arnoldi, komodo, dan
badak jawa di wonderland. Mengapa? Karena Alice tidak memiliki pengalaman dan
pengetahuan tentang hewan-hewan itu, maka ia tidak bisa mengimajinasikan hewan-hewan
tersebut muncul. Kita jadi tahu bahwa sesungguhnya imajinasi adalah sintesa
dari dua ide/konsep yang subjek miliki. Misalkan unicorn adalah gabungan antara
konsep kuda dengan konsep tanduk. Pegasus adalah gabungan konsep kuda dengan
konsep sayap. Kita bisa mengimajinasikan unicorn dan pegasus karena kita
memiliki ide tentang kuda, tanduk, dan sayap. Orang yang tidak memiliki ide-ide
tersebut tak akan bisa mengimajinasikan unicorn dan pegasus. Dengan demikian,
pengalaman dan pengetahuan adalah unsur penting dari imajinasi.
Di Wonderland ada konsep waktu, terbukti pada kelinci yang berlari karena terlambat
sambil memegang arloji. Nampaknya, seliar apapun imajinasi dan mimpi, kita
tetap tidak bisa terlepas dari kategori-kategori apriori seperti yang dicetuskan Immanuel Kant. Misalnya,
ruang dan waktu, kausalitas, afirmasi, negasi, dan lain-lain. Imajinasi adalah objek
rekaan yang kita buat. Objek rekaan buatan kita tidak bisa keluar dari
kapasitas kita dalam mengolah ide dan
konsep, sehingga ada batasan-batasan apriori dalam imajinasi kita. jadi,
sesungguhnya wonderland bukanlah sesuatu dunia yang baru bagi Alice. Wonderland
adalah proyeksi dari semua pengalaman yang Alice punya dan cara berpikir Alice.
Apakah hewan, benda, dan tumbuhan yang ada di
wonderland memiliki kesadaran atau bahkan mind? Tidak. Semua yang ada di
wonderland tergantung pada Alice karena wonderland adalah proyeksi dari
pengalaman Alice. Hewan, benda, dan tumbuhan di wonderland tidak otonom.
Ternyata wonderland tidak seindah yang dikira oleh
Alice. Beberapa kali Alice menangis di wonderland dan ia ingin pulang. Dalam imajinasi
tetap ada kesan dan emosi. Ada rasa penasaran, senang, takjub, sedih, sesal,
sebal, dan sebagainya. Emosi tetap jadi emosi. Kita bisa mengimajinasikan
sebuah dunia yang berbeda dengan dunia yang kita hidupi sekarang, tapi di dunia
yang baru itu kita tetap membawa diri kita apa adanya beserta seluruh perangkat
emosi yang kita punya. Ini bukti bahwa seliar apapun imajinasi tetap ada residu-residu
diri kita yang autentik dan unik. Kita tak mampu terbebas secara total dari
konstruksi apriori dan emosi.
Meski berada di wonderland. Alice tetap
memiliki ketakutan pada kematian. Di akhir cerita Alice dikejar oleh queen of
heart beserta pasukannya untuk dihukum penggal kepala. Selama hidup dan
bernafas, dalam dunia nyata dan imajinasi, mati tetap menjadi sesuatu yang
menyeramkan. Daya bertahan hidup manusia/hewan sudah menjadi settingan awal yang tidak bisa diganggu gugat bahkan oleh imajinasi yang kuat
No comments:
Post a Comment