Monday, 29 December 2014

Review Filosofis Alice in Wonderland

Dalam tulisan ini saya akan menjabarkan beberapa hal yang menarik untuk dibahas secara filosofis dari film Disney Classic Alice in Wonderland (1951). Film ini menceritakan tentang seorang anak perempuan yang ‘terjebak’ di dunia bernama wonderland. Dunia yang terbalik dari dunia yang kita hidupi sekarang. Sesuatu yang nonsense di dunia ini akan make sense di wonderland dan sebaliknya. Di wonderland hewan, benda, dan tumbuhan bisa bicara dengan bahasa manusia (bahasa inggris).


Hal pertama yang akan saya bahas adalah soal bahasa yang digunakan di wonderland. mengapa bahasa inggris? ketika muncul seekor kelinci yang berlari sambil berteriak “i’m late.. i’m late”. Imajinasi tentang wonderland ini muncul dari seorang anak perempuan yang berkomunikasi dengan bahasa inggris, maka produk dari imajinasi anak perempuan ini menyesuaikan dengan kapasitas si anak dalam berbahasa. Sepanjang Alice di wonderland, semua hewan, benda, dan tumbuhan berbicara dan bernyanyi dengan bahasa inggris.

saya teringat tentang konsep skemata. Menurut Piaget, skemata merupakan representasi bentuk dari seperangkat persepsi, ide, dan aksi yang diasosiasikan, dan merupakan dasar pembangunan pemikiran. Skemata selalu berkembang sejalan dengan kapasitas pengalamannya. Dalam perkembangannya skemata sebelumnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari skemata baru. Dalam kejadian Alice di wonderland yang menggunakan bahasa inggris, ini terbentuk berdasarkan skemata yang Alice miliki, yaitu bahasa inggris.

Hewan, benda, dan tumbuhan yang ada di wonderland pun sesuai dengan skemata yang dimiliki Alice. Kita tidak melihat orang utan, penguin, rafllesia arnoldi, komodo, dan badak jawa di wonderland. Mengapa? Karena Alice tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang hewan-hewan itu, maka ia tidak bisa mengimajinasikan hewan-hewan tersebut muncul. Kita jadi tahu bahwa sesungguhnya imajinasi adalah sintesa dari dua ide/konsep yang subjek miliki. Misalkan unicorn adalah gabungan antara konsep kuda dengan konsep tanduk. Pegasus adalah gabungan konsep kuda dengan konsep sayap. Kita bisa mengimajinasikan unicorn dan pegasus karena kita memiliki ide tentang kuda, tanduk, dan sayap. Orang yang tidak memiliki ide-ide tersebut tak akan bisa mengimajinasikan unicorn dan pegasus. Dengan demikian, pengalaman dan pengetahuan adalah unsur penting dari imajinasi.

Di Wonderland ada konsep waktu, terbukti  pada kelinci yang berlari karena terlambat sambil memegang arloji. Nampaknya, seliar apapun imajinasi dan mimpi, kita tetap tidak bisa terlepas dari kategori-kategori apriori  seperti yang dicetuskan Immanuel Kant. Misalnya, ruang dan waktu, kausalitas, afirmasi, negasi, dan lain-lain. Imajinasi adalah objek rekaan yang kita buat. Objek rekaan buatan kita tidak bisa keluar dari kapasitas kita dalam  mengolah ide dan konsep, sehingga ada batasan-batasan apriori dalam imajinasi kita. jadi, sesungguhnya wonderland bukanlah sesuatu dunia yang baru bagi Alice. Wonderland adalah proyeksi dari semua pengalaman yang Alice punya dan cara berpikir Alice.

Apakah hewan, benda, dan tumbuhan yang ada di wonderland memiliki kesadaran atau bahkan mind? Tidak. Semua yang ada di wonderland tergantung pada Alice karena wonderland adalah proyeksi dari pengalaman Alice. Hewan, benda, dan tumbuhan di wonderland tidak otonom.

Ternyata wonderland tidak seindah yang dikira oleh Alice. Beberapa kali Alice menangis di wonderland dan ia ingin pulang. Dalam imajinasi tetap ada kesan dan emosi. Ada rasa penasaran, senang, takjub, sedih, sesal, sebal, dan sebagainya. Emosi tetap jadi emosi. Kita bisa mengimajinasikan sebuah dunia yang berbeda dengan dunia yang kita hidupi sekarang, tapi di dunia yang baru itu kita tetap membawa diri kita apa adanya beserta seluruh perangkat emosi yang kita punya. Ini bukti bahwa seliar apapun imajinasi tetap ada residu-residu diri kita yang autentik dan unik. Kita tak mampu terbebas secara total dari konstruksi apriori dan emosi.


Meski berada di wonderland. Alice tetap memiliki ketakutan pada kematian. Di akhir cerita Alice dikejar oleh queen of heart beserta pasukannya untuk dihukum penggal kepala. Selama hidup dan bernafas, dalam dunia nyata dan imajinasi, mati tetap menjadi sesuatu yang menyeramkan. Daya bertahan hidup manusia/hewan sudah menjadi settingan awal yang tidak bisa diganggu gugat bahkan oleh imajinasi yang kuat

No comments:

Post a Comment