Dulu saya sempat membenci sekolah, karena membosankan dan menjenuhkan. Setiap kali keluar kelas, saya merasa tak mendapatkan apa-apa.
Saya bingung, mengapa bisa seperti ini?
Kata-kata yang saya dengar tak menggugah rasa ingin tahu. Saya merasa tak nafsu terhadap ilmu. Sedangkan waktu terus memburu. Membuat saya tua secara terburu-buru.
Lalu saya menemukan buku yang bagus, Judulnya Revolusi Sekolah. Saya membaca dan akhirnya Saya menjadi sadar, selama ini saya menjadi objek. Objek dari sebuah sistem.
Saya tidaklah belajar. Tapi diajari
saya tidaklah mengevaluasi. Tapi dievaluasi
saya tidaklah mengevaluasi. Tapi dievaluasi
Bukan sekolah yang salah, sesungguhnya sayalah yang salah. Saya terlarut dalam rutinitas, sehingga kesubjekan saya sebagai pelajar menjadi tenggelam dan akhirnya pasif.
###
Belajar, sejatinya membuat manusia menjadi subjek otonom. Manusia yang melakukan sesuatu yang bermanfaat dan aktif. Sapere Aude! Berpikir sendiri dan mandiri. Tapi tak berhenti di sana. Terusan dari belajar adalah berbagi.
Setalah menjadi subjek, kita berinteraksi dengan subjek yang lain. intersubjektivitas. Kolaborasi antar subjek. Gotong royong itu harus berangkat dari subjek-subjek mandiri. jangan asal bergerombol. nanti jadi gerombolan kompak tapi tak berotak. Intersubjektivitas adalah kumpulan orang yang ideal.
Setalah menjadi independen, kita saling berbagi hingga menimbulkan interdependesi, Kesalingtergantungan satu sama lain. inilah yang membuat kita kuat. Inilah yang membuat kita bersatu bersinergi dalam damai.
###
Saya beruntung bisa sekolah di pesantren, karena di pesantren masih menyisakan ruang-ruang gerak yang asyik. Ada mimbar masjid, tempat untuk mengutarakan pikiran dan pendapat. Setiap selesai membaca buku, saya naik mimbar untuk kultum, berbagi pikiran dan wawasan yang saya dapat. Begitu pula teman-teman saya. Kultum ba’da Dzuhur di pesantren jadi seperti TED Talk, Setiap hari ada wawasan dan ide baru.
Beruntung juga saya masuk Filsafat UI. Di sana saya bebas berpikir, teman-teman dan dosen juga berpikir. Sering kali saya dapat kritikan cerdas yang membuat saya kalap. Tapi di sinilah asyiknya. Antara pikiran saya dan pikiran teman/dosen tercipta resultan pemikiran, sintesa.
####
Cara belajar itu tergantung dari tujuan yang ingin kita capai.
Belajar untuk ujian berbeda cara dengan belajar untuk paham. beda juga dengan cara belajar untuk menguasai keterampilan tertentu
Setiap belajar punya alat/cara yang ampuh masing-masing. Maka kita perlu belajar bagaimana cara untuk belajar yang baik.
Sayangnya sekolah tak pernah memberikan pelajaran tentang belajar yang baik. Kita yang mesti mencari cara belajar yang pas dengan diri kita sendiri.
Selama beberapa tahun belajar di sekolah, pernahkah hal ini terpikirkan?
Ayo cari cara belajar khas dirimu
No comments:
Post a Comment