Sore itu aku
pergi ke salon, bukan, bukan pengeras suara. Tapi tukang pangkas rambut. Sebenarnya
aku rada geli begitu menulis "aku pergi ke salon.". entah karena apa. Mungkin karena kesannya
salon itu adalah tempat untuk bersolek. Adakah yang salah dengan bersolek dan
dandan? tanyakan saja pada perasaan geliku itu.
Innal a'malu binniyat. Segala perbuatan itu tergantung niatnya. aku pergi ke (aduh. perasaan geli ini membunuhku) salon untuk potong rambut. Rambutku bukan hewan kurban yang mesti dipotong, tapi aku merasa tidak nyaman dengan rambutku itu. pengin jadi pendek. biar kepala tidak terasa berat. maklum. otakku saja volumenya begitu besar (biasalah anak cerdas (yang mengaku-ngaku)). jadi tak perlulah rambutku ikut-ikutan bikin kepala berat.
Setelah selesai dipotong rambutku itu, aku membayar 8000 rupiah. Aku melihat kaca di depanku ditempeli kertas yang bertuliskan
“Dewasa = 8000
anak-anak = 6000”
oh ternyata aku dewasa. itu kesimpulan dari silogisme kategoris yang aku buat.
orang yang membayar 8000 saat dicukur adalah orang dewasa
Ginan membayar 8000 saat dicukur
jadi, Ginan adalah orang dewasa
Canggih betul logikaku itu. Dahsyat. ga salah aku dapet B- di matakuliah logika. (memalukan)
Dewasa itu ternyata tidak diukur dari hal-hal yang rumit. orang di luar sana bilang dewasa itu pilihan. dan tua itu adalah keniscayaan, kita akan tua seiring umur bertambah, tapi belum tentu dengan dewasa. oh itu sesungguhnya kurang tepat. jika kita ingin tahu apakah kita dewasa atau tidak. itu sangat mudah caranya. pergilah ke tukang cukur!
Begini saudaraku, jika dipandang dari filsafat ngawurisme. kedewasaan diukur dari kepala. bukan dari badan. lihatlah tukang cukur itu bekerja. seperti itulah kedewasaan diukur. jika kepala kita besar, maka dewasalah kita.
Kepala yang besar berisi pikiran yang sudah runtut dan
bernalar. Tentu saja dengan nalar yang logis. klo kata dosenku, pikiran yang
top itu “pikiran yang ketat dan konsisten”. tidak lagi galau dan
terombang-ambing kabar burung, kampanye hitam, dan perasaan yang sesaat. Dewasa
itu terindetifikasi dari kepala yang tidak menerima informasi dengan begitu
saja, tapi melalui proses pemikiran dan ditanggapi kritis lalu didapat intisarinya.
ya, intisari bikin happy.
Dewasa itu terlihat ketika kita dipangkas rambut, kita diam, tidak menangis dan memanggil-manggil mama. kita ingin dipangkas rambut atas inisiatif diri, bukan atas perintah dan keinginan orang lain. singkatnya, dewasa itu ketika kita memilih berdasarkan kesadaran dan kita bertanggung jawab atas pilihan kita. kita melakukan sesuatu dengan alasan. dan yang paling penting, kita melakukan sesuatu dengan uang yang diambill dari dompet kita sendiri. wow! ternyata tidak singkat.
ternyata. dengan niat yang tulus ingin memangkas rambut. tidak hanya rambutku yang menjadi rapih. tapi aku juga mendapatkan kesadaran yang berharga. istimewa. aku telah dewasa!
terimakasih
No comments:
Post a Comment