Tuesday, 22 April 2014

Zombieee

Hari ini saya sangat sibuk. Ada beberapa hal yang saya kerjakan. Dimulai dengan kuliah jam 9, mata kuliah filsafat manusia berjalan lancar dan seru. Saya dan teman teman berdiskusi tentang kesadaran. Kesadaran memang tidak pernah habis untuk dibahas. Mengapa manusia bisa memilih? Mengapa manusia bisa merasa? Mengapa manusia memiliki konsep tentang aku. Tentang kamu. Tentang kita dan mereka? Lalu muncul pertanyaan, apa itu normal? apa itu gila?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu agak sulit, tapi saya jadi tercerahkan. Betapa kompleks persoalan manusia. Hidup ini penuh rahasia dan hal menakjubkan. Dalam Alqur'an saya pernah membaca sebuah ayat; "Wa fi anfusikum afala tadzakkaruun". Artinya, Dan pada dirimu apakah kamu tidak berpikir?

Ketika berpikir tentang manusia, tentang diri. Saya Semakin terpukau dengan kerumitannya. Di balik seonggok daging yang menyelimuti tulang, ada makna yang dalam dan tak akan pernah selesai digali.

Lalu kami diskusi tentang zombie. Apakah zombie punya kesadaran? Sebagian teman mengatakan zombie memiliki kesadaran. Sebagian lagi mengatakan zombie tidak memiliki kesadaran. Orang yang mempelajari disiplin non-filsafat akan mengatakan obrolan kami tentang zombie ini tak berguna. Tapi inilah keseruan filsafat. Sungguh kocak sekali membahas masalah zombie ini. Kami jadi mengingat-ingat film yang menceritakan zombie.

Zombie ini mayat hidup. Dia hidup tapi segala fitur kemanusiaannya telah terlucuti habis-habisan. Yang ada hanya hasrat untuk memakan manusia, hasrat destruktif. Ini sebenarnya sindirian yang begitu tajam untuk kemanusiaan. Bercermin pada zombie, manusia yang brutal dan kejam dan hanya memiliki hasrat mendominasi dan menghancurkan, masih layakkah disebut manusia?

Tapi tentu zombie juga ada baiknya. Kita belajar mengenai vitalitas dari zombie. Vitalitas itu daya hidup. Zombie memiliki tubuh yang rusak, wajah yang hancur, otak yang tak berfungsi. Menariknya, dia tetap punya daya untuk hidup yang tinggi. Saya jadi teringat dengan manusia yang ingin mati karena putus cinta, atau karena banyak hutang dan terkena banyak masalah. itu semua jadi terkesan konyol. Zombie pun bahkan tak melakukannya. Haha kocak sekali

Kuliah pun usai. Ada tugas untuk membaca tulisan Sigmund Freud dan menanggapinya dengan kritis. Pasti sangat seru.

Kemudian saya mempersiapkan untuk presentasi mengenai The Cartesian Anxiety dan Post Empirist and Historis Science. Ini tema yang menarik dalam bukunya Ricard Bergstein Yang berjudul Beyond Objectivism and Relativism. Sebenarnya saya harus mengurusi seminar filsafat berjudul "apa itu musik?". Tapi ya bagaimana. Saya harus menentukan prioritas. Saya memilih untuk presentasi di kelas.

Tadi itu presentasi filsafat tingkat tinggi. Banyak istilah tekhnis filsafat. Untuk orang awam sepertinya sulit untuk dipahami. Jadi tak perlulah saya tulis di sini. Ini kan diari yang ringan ajalah ya.

Kemudian ada pertemuan sosialisasi Olimpiade Ilmiah Mahasiswa. Tadi jail sedikit bareng bung Baiquni. Saya dan si bung baiquni mempertanyakan mengenai penggunaan kata 'ilmiah' yang sembarangan. Nama kegiatannya Olimpiade Ilmiah Mahasiswa, tapi yang dilombakan itu tidak ilmiah. Seperti kuis, poster, cerpen, puisi. Apalagi penilaiannya ada yang menggunakan retweet Twitter. Ya saya paham, pasti orang yang hadir di perkumpulan itu akan bilang "ini anak filsafat rese. Yang gini aja dipermasalahin!". Tapi ya penting memperlakukan kata ilmiah secara adil. Nanti kuis-kuis di TV disebut ilmiah, lalu mereka berasalan "lah. Itu tuh di kampus aja kuis-kuis dibilang olimpiade ilmiah". Nah, jadi masalah besar kan.

Wah iseng banget sore-sore. Panitia jadi kelabakan. Saya sama bung Baiquni sih cengengesan aja.

Sekarang saya lagi laper. Masih banyak yang ingin ditulis. Tapi nanti saja. Masih banyak yang perlu dibaca juga. Ah bingung

No comments:

Post a Comment