Siang tadi saya bersama 3 kawan
saya presentasi tentang pemikiran Hannah Arendt, hasil bacaan dari bukunya yang
berjudul The Human Condition. Hannah Arendt ialah seorang filsuf perempuan dari
Jerman. Bukunya enak sekali dibaca dan menarik. Cerdas sekali doi ini.
Kata Arendt, manusia adalah Homo
Faber. Makhluk pekerja. Dan hidup ini adalah Vita Activa, hidup yang
penuh dengan aktivitas. Terus terang, setelah membaca buku Hannah Arendt ini
saya jadi semangat untuk bekerja dan berkarya.
Dia bilang bahwa manusia tidak
mungkin terpisah dari 5 kondisi. Kelahiran, kematiaan, keberagaman,
keduniawian, dan lingkungan (Natality, Mortality, Plurality, Worldliness,
Earth). Siapapun orangnya pasti ada dalam 5 kondisi tersebut. dari gelandangan
sampai presiden sekali pun, tanpa terkecuali.
Diantara kelahiran dan kematian,
ada yang namanya hidup. Nah dalam hidup ini apa yang mesti kita lakukan?
Beraktivitas! Menariknya, Hannah Arendt membagi 3 macam aktivitas. Labor, Work,
dan Action.
Labor itu sebuah aktivitas
manusia untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. yaitu barang yang mesti
dikonsumsi. Saya menafsirkannya, labor ini kerja untuk mendapatkan penghasilan
alias uang. Orang yang hanya bekerja untuk uang saya pikir dia tidak cukup
dibilang hidup.
Kemudian ada yang namanya work,
maksudnya adalah berkarya. Aktualisasi diri dan pencurahan keluhuran manusia.
Manusia menghasilkan sesuatu dari pikiran, kreatifitas, ide, dan imajinasinya.
Dengan labor, manusia bisa hidup ketika ia masih bernafas. tapi dengan
berkarya, manusia hidup abadi melalui karyanyamanusia menghembuskan nyawa ke
karyanya dan dengan itu dia panjang umur.
Manusia pun butuh untuk berelasi,
berkomunikasi, dan bekerja sama dengan orang lain. inilah yang dinamakan
action. Ingat, manusia memiliki kondisi keberagaman. Ada banyak sekali tipe
manusia di dunia. berbeda budaya, adat kebiasaan, dan bahasa. Jika ini kita
pelajari dan pahami, sungguh kaya dan indah hidup ini.
Saya mendapatkan pencerahan
melalui Hannah Arendt. Hidup ini bukan hanya sekedar untuk menjadi buruh
pencari uang bulanan. Tapi harus juga berkarya dan berinteraksi dengan orang.
Bukanlah hidup jika kita hanya disibukkan untuk mencari uang. Manusia adalah
Homo Faber, bukan Animal Labor.
Hannah Arendt mengambil pemikiran
Aristotle mengenai zoonpoliticon. Manusia itu makhluk politik. Dia selain mampu
praxis, juga mampu lexis. Maksudnya begini. Dia selain memenuhi kebutuhan juga
dianugrahi kemampuan berbahasa. Praxis dan lexis ini membuat manusia harus
bersosial dan berpolitik. Beraktivitas dengan tiga macam yang tadi saya
sebutkan, Labor, Work, dan Action.
Saya jadi teringat Rasulullah,
beliau seorang pekerja keras. Dia mulai menjadi entrepreneur diusia yang sangat
muda. Tapi dia tidak hanya mencari nafkah. Dia mengembangkan kepribadian dan
kemampuan. Dalam islam sendiri kerja itu adalah ibadah. Hidup seorang muslim
penuh dengan aktivitas. Dalam sehari ada 5 shalat yang wajib kita laksanakan.
Lalu pergi haji untuk bertualang keluar negri. Kemudian di dalam Alqur’an ada
ayat ‘faIdza Faraghta Fanshab. Setelah kamu selesai mengerjakan sebuah
aktivitas, maka segeralah kerjakanlah aktivitas yang lain. Muslim adalah Homo
Faber.
Ada 3 macam hasil aktivitas yang
akan terus mengalir pahalanya walau seseorang itu telah mati. Amal Jariyah
(karya monumental yang bermanfaat untuk banyak orang secara sustainable), Ilmu
yang bermanfaat, generasi sholeh yang selalu mendoakan.
Gara-gara Hannah Arendt saya
dibangunkan dari tidur malas-malasan. Hidup ini memang untuk kerja kerja kerja.
Untuk diri sendiri dan orang banyak, menebar manfaat. Khairunnas anfa’uhum
linnas. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfaat untuk
manusia lainnya.
Oh ya. Tugas kita bukan untuk
jadi sukses, keren, dan populer. Tugas kita adalah labor, work, and action!
Sukses dan kawan-kawan hanyalah bonus bagi yang kinerjanya bagus.
(Catatan: Ini tafsiran saya
terhadap The Human Conditionnya Hannah Arendt lho. Klo mau tahu bagaimana
pemikiran Arendt yang asli, silakan baca bukunya langsung, nanti link
downloadnya saya kasih.)
No comments:
Post a Comment