Thursday, 20 March 2014

Argumentum ad hominem

akhir-akhir ini saya merasa gerah, tak nyaman, dan risih jika melihat cara orang-orang berdebat. orang-orang nampaknya tidak tahu bagaimana cara beargumentasi yang baik dan rasional. argumetasi yang diajukan selalu amuradul, sporadis, cacat epistemik, dan emosional.

yang paling saya sering temukan adalah kesesatan nalar argumentum ad personam, ini sangat bahaya. perdebatan yang tenggelam dalam kesesataan nalar argumentum ad hominem akan sulit menemukan mufakat dan jalan keluar.

argumentum ad hominem ini kesesatan nalar yang menyerang identitas si lawan debat, bukan mengajukan gagasan dan ide yang logis. misalkan ketika kita berdebat masalah penentuan awal ramadhan. yang mesti kita ajukan adalah dalil-dalil yang logis, gagasan yang terjustifikasi, bukan dengan argumentum ad hominem "kita ini modern, dan kamu itu konservatif" atau "kalian ahli bid'ah" "kalian wahabi dan kami salafi". 

atau kasus yang meresahkan, tragedi muslim syiah di sampang. ketika ada sebuah pertanyaan "mengapa golongan syiah menjadi korban kekerasan di sampang?" jawaban yang diajukan adalah karena mereka kafir, sesat, dll. itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan. yang menyedihkan lagi, itu sungguh argumentasi yang buruk. nalarnya ke mana? 

pleaseeee.. itu semua bukan argumentasi yang logis dan rasional. itu umpatan ideologis atau dorongan emosional fanatik buta. jelas, kita tidak akan menemukan titik temu dalam perdebatan model seperti itu. dalam perdebatan ilmiah kita memang dibolehkan memiliki posisi, tapi buang dulu jauh-jauh identitas dan latar belakang personal. 


untuk menutup tulisan ini, saya akan mengingatkan kita dengan sebuah kisah klasik yang menurut saya sangat besar hikmahnya dalam masalah berdebat. ketika iblis ditanya Tuhan mengapa ia tidak mau bersujud kepada adam. Iblis menjawab dengan kesesatan nalar argumentum ad hominem "saya tercipta dari api dan adam tercipta dari tanah". nah, sekarang, apakah kita mau jadi pengikut iblis dengan mengikuti cara dia berdebat?! argumentum ad hominem.

1 comment:

  1. Terimakasih banyak atas tulisan A Ginan yang telah menambah wawasan saya, membuka hati dan pikiran :D Saya juga mulai risih melihat fenomena seperti yang sampean uraikan diatas, kesan emosional dan fanatik butanya kentara banget :(
    Oh iya A' akhir2 ini saya juga membaca berbagai artikel yang kebanyakan menyatakan syiah sesat atau syiah bukan islam atau syiah kafir, dsb. kalau sampean berkenan boleh donk minta sejarah adanya syiah, benarkah mereka sesat? apakah mereka juga terpecah belah menjadi beberapa kelompok? benarkah syiah di indonesia berbahaya dan bisa menjadikan indonesia berdarah seperti di suriah? mohon di-emailkan ke trondolo99@gmail.com atau sampean tulis di blog ini juga gak papa dech :) makasih sebelumnya.
    oh ya A' mengenai nama dan alamatku nanti aku emailkan ke sampean ya.. :D

    ReplyDelete