Jaman dahulu kala, ketika saya di pesantren. Di kaki saya bercokol dua mata yang menyebalkan. Mata ikan namanya. Mata ikan tidak lantas membuat telapak kaki saya bisa melihat, tapi malah membuat saya sakit jika berjalan.
Mata ikan ini bentuknya sama seperti mata ikan betulan. Kecil tapi bikin sakit. Dia menempel di telapak kaki dan membuat perih jika tertekan. Saya sebagai santri yang hobi jalan-jalan ke pengkolan Garut menjadi gusar. Setiap melangkahkan kaki, di sanalah saya bertemu dengan nyeri. Telapak kaki saya seperti ditusuk belati. Karena itulah saya merencanakan operasi mata ikan ketika libur semesteran.
Libur semesteran pun tiba. saya pergi ke puskemas dekat rumah. Hari itu saya dioprasi. Saya masuk UGD lalu disuruh dokter untuk berbaring. Dokternya menyiapkan jarum suntik dan beberapa ampul bius lokal.
Dokter menyuntik telapak kaki saya. 2 ampul biusan pun ludes dilahap telapak kaki. Telapak kaki saya jadi dingin lalu seperti copot dan hilang. Setelah itu dokter menyobek telapak kaki saya dengan sangat kejam, dengan pisau yang tajam. Saya sama sekali tidak merasakan apa-apa. Kaki saya mati rasa. Telapak kaki saya dikorek-korek. Ngeri banget liatnya. Mata ikan pun akhirnya dicabut sampai akar-akarnya.
Oprasi pun selesai. Dokter menjahit telapak kaki saya. kulit telapak kaki itu beda dengan kulit badan yang lain. maka dari itu jarum jahitnya pun menyeramkan. Seperti kail pancingan tapi lebih jumbo. Hiiiii.
Ternyata pas malam hari pukul 11. Sakit dari oprasi mulai terasa. Telapak kaki saya seperti ditusuk-tusuk dengan belati lalu dikoyak-koyak. Sakiiitttt luar biasa. Saking sakitnya, kening jadi berkeringat. Wah saya menangis. Itu rasa sakit yang paling sakit yang pernah saya alami. Badan menggingil. Saya tak bisa tidur. Sakit luarbiasa. Saya tidak tahan.
Beberapa hari kemudian kaki saya jadi lebih baik. Lalu Setelah dua minggu kaki saya sehat seperti semula. Saya berjalan tanpa rasa sakit. Mata ikan pergi dan perih pun pergi.
Ternyata mata ikan itu tidak hanya iseng mampir ke telapak kaki saya. tapi dia datang dengan beberapa nasehat.
untuk menghilangkan rasa sakit kita butuh rasa sakit yang lebih sakit. Ini aneh. Tapi hidup memang begitu. Hidup butuh pengorbanan.
Klo kita sakit, kita harus minum obat yang pahit. Lalu kemudian sembuh. Yang pahit itu seringkali dibutuhkan dalam hidup. Mengkonsumsi yang manis secara terus menerus malah membahayakan kesehatan.
Jika suatu hari datang pada kita sesuatu yang pahit. Cobalah berpikir, mungkin hal pahit ini adalah obat yang membuat kita akan menjadi lebih sehat. Janganlah hal pahit ini malah disikapi dengan salah. Bukannya membuat kita lebih sehat dan semangat, malah membuat kita semakin sakit dan gagal bangkit. Lalu apa untungnya? Kita sudah mendapatkan hal pahit, tapi kita tak banyak belajar darinya.
Ketika kita terpuruk, seringkali teman terdekat atau orang yang peduli memberikan nasehat pada kita. Nasehat itu sangat pahit kita dengar dan tak jarang nasehat itu membuat kita sebal pada penasehat tersebut. Padahal merekalah obat dikala kita sedih dan sengsara. Merekalah yang paling peduli dan merekalah yang menginginkan kita berjuang lebih baik.
Nah dengan begitu saya ingin mengucapkan terimakasih pada mata ikan. Kamu telah membuat saya belajar tentang hidup, menyikapi rasa sakit, dan pahit.
Mata ikan ini bentuknya sama seperti mata ikan betulan. Kecil tapi bikin sakit. Dia menempel di telapak kaki dan membuat perih jika tertekan. Saya sebagai santri yang hobi jalan-jalan ke pengkolan Garut menjadi gusar. Setiap melangkahkan kaki, di sanalah saya bertemu dengan nyeri. Telapak kaki saya seperti ditusuk belati. Karena itulah saya merencanakan operasi mata ikan ketika libur semesteran.
Libur semesteran pun tiba. saya pergi ke puskemas dekat rumah. Hari itu saya dioprasi. Saya masuk UGD lalu disuruh dokter untuk berbaring. Dokternya menyiapkan jarum suntik dan beberapa ampul bius lokal.
Dokter menyuntik telapak kaki saya. 2 ampul biusan pun ludes dilahap telapak kaki. Telapak kaki saya jadi dingin lalu seperti copot dan hilang. Setelah itu dokter menyobek telapak kaki saya dengan sangat kejam, dengan pisau yang tajam. Saya sama sekali tidak merasakan apa-apa. Kaki saya mati rasa. Telapak kaki saya dikorek-korek. Ngeri banget liatnya. Mata ikan pun akhirnya dicabut sampai akar-akarnya.
Oprasi pun selesai. Dokter menjahit telapak kaki saya. kulit telapak kaki itu beda dengan kulit badan yang lain. maka dari itu jarum jahitnya pun menyeramkan. Seperti kail pancingan tapi lebih jumbo. Hiiiii.
Ternyata pas malam hari pukul 11. Sakit dari oprasi mulai terasa. Telapak kaki saya seperti ditusuk-tusuk dengan belati lalu dikoyak-koyak. Sakiiitttt luar biasa. Saking sakitnya, kening jadi berkeringat. Wah saya menangis. Itu rasa sakit yang paling sakit yang pernah saya alami. Badan menggingil. Saya tak bisa tidur. Sakit luarbiasa. Saya tidak tahan.
Beberapa hari kemudian kaki saya jadi lebih baik. Lalu Setelah dua minggu kaki saya sehat seperti semula. Saya berjalan tanpa rasa sakit. Mata ikan pergi dan perih pun pergi.
Ternyata mata ikan itu tidak hanya iseng mampir ke telapak kaki saya. tapi dia datang dengan beberapa nasehat.
untuk menghilangkan rasa sakit kita butuh rasa sakit yang lebih sakit. Ini aneh. Tapi hidup memang begitu. Hidup butuh pengorbanan.
Klo kita sakit, kita harus minum obat yang pahit. Lalu kemudian sembuh. Yang pahit itu seringkali dibutuhkan dalam hidup. Mengkonsumsi yang manis secara terus menerus malah membahayakan kesehatan.
Jika suatu hari datang pada kita sesuatu yang pahit. Cobalah berpikir, mungkin hal pahit ini adalah obat yang membuat kita akan menjadi lebih sehat. Janganlah hal pahit ini malah disikapi dengan salah. Bukannya membuat kita lebih sehat dan semangat, malah membuat kita semakin sakit dan gagal bangkit. Lalu apa untungnya? Kita sudah mendapatkan hal pahit, tapi kita tak banyak belajar darinya.
Ketika kita terpuruk, seringkali teman terdekat atau orang yang peduli memberikan nasehat pada kita. Nasehat itu sangat pahit kita dengar dan tak jarang nasehat itu membuat kita sebal pada penasehat tersebut. Padahal merekalah obat dikala kita sedih dan sengsara. Merekalah yang paling peduli dan merekalah yang menginginkan kita berjuang lebih baik.
Nah dengan begitu saya ingin mengucapkan terimakasih pada mata ikan. Kamu telah membuat saya belajar tentang hidup, menyikapi rasa sakit, dan pahit.
No comments:
Post a Comment