Andai Api sedingin air
by Ginan Aulia Rahman on Friday, October 7, 2011 at 6:43pm ·
Sore
itu terik. Matahari belum mau tenggelam. Masih berenang2 ketepian di
langit. Rencananya saya hendak ke halbouni. Membeli buku imam baihaiqi.
Syu'abul iman judulnya.
Selimut bertanya pada saya
'kenapa mau beli buku itu nan?'
'begini mut, Rasulullah bersabda. Iman itu ada 70 sekian cabang. Paling tinggi adalah kesaksian laa ilaaha illa Allah, dan iman paling rendah itu menyingkirkan duri dijalan. Malu itu sebagian dari iman. Nah, saya itu penasaran. 70 cabang iman yg lain itu apa? Maka saya mau beli buku imam baihaqi yg mengulas tuntas 70 cabang iman yg lain. Begitu mut. Ngertikan ente?' saya jawab pertanyaan selimut sambil merapikannya diatas kasur.
Saya bergegas pergi. Ketempat loker2 sepatu.
'nan, eis launak?' sapa loker no 35. Loker sepatu saya.
Eis launak itu artinya. Bagaimana warnamu? Maksudnya nanya kabar.. Apa kabar ente? Gitu..
'khaer..' sambil saya masukan kunci ke loker no 35 itu.
Loker berkata.. 'mau kemana ente Panas2 gini? Mending baca buku atau nulis sana!'
'ini, saya mau beli buku.. Iya rencananya untuk bahan tulisan juga kok. Udah jangan cerewet. Siniin sendal yg saya titip'
saya ambil sendal item berharga 100 lira yg saya beli waktu bulan ramadhan. Saya pun langsung caw dari mabit. Menuju servis. Servis itu semacam angkot klo dibandung. Saya mesti naik servis dan turun di baramkeh. Berarti mesti naik jurusan shinaah - mujtahed. Ongkosnya 5 lira saja.
Setelah lama menunggu. Daritadi yg lewat servisnya penuh penumpang. Akhirnya servis berwarna putih itu berhenti dan pintu terbuka. Bismillah.. Saya masuk servis itu. Saya kasih uang ke org yg duduk didepan saya. Nah, org yg didepan saya itu yg ngasih ke supir.
Sampai baramkeh saya bilang 'najilna lau samahat'. Servis ngrem.. Ckiiiiiiiitttt.... Pintu kebuka dan saya loncat. Ciaaaat!! Sendal malang itu saya injak dan bertemu aspal. Sangat kasian sekali sendal saya itu.
'sendal, kamu bahagia ga jadi sendalnya aku?' saya waktu itu nanya sama dia. Takutnya dia ngerasa kebereratan jadi sendalnya saya. Mungkin kaki saya terlalu besar atau terkadang bau.
'engga nan, ga apa apa. Taqdir saya emang begini. Saya senang kok jadi sendal. Ini emang tugas saya. Ya pesan saya sih, langkahkan kaki kamu ke tempat yg Allah ridhai. Saya bakal ikut sama kamu'
saya berjalan. Menyusuri jalan baramkeh. Klo ada perempuan. Saya menundukan pandangan. Bukan malu karena saya botak. Tapi karena saya beriman. Kata Allah. qul lil mu'minina yaghadhuu absharahum.. Katakanlah pada org beriman untuk menundukan pandangannya. Saya kan beriman. Jd mesti menundukan pandangan. Mudah2an istiqomah. Amin
sampai di halbouni. Di dar ibn qayyim. Toko buku kecil tapi segala ada. Aneh memang. Toko buku itu ada disamping toko parfum.. Saya masuk toko itu. Saya nanya. 'afwan mu'alim, ada syu'ab iman imam baihaqi?'
'ada.. Itu tuh dibelakang kamu. 7 jilid!'
jleegeeeeeer!!!!!
Serasa ada gledek menyambar!
7 JILID????
Kirain saya 1 jilid aja gitu lho. Saya cuman bawa 300lira. My god. Itu cabang iman ditulis bisa sampai 7 jilid gitu. Itu isinya apaan aja? Bwaaaah...
Ok. Saya pulang dengan bengong. Salam ke penjaga toko. Kaga jadi beli. Mending cari di internet aja PDFnya terus saya masukin ke iBook di iPad..
Saya pulang dengan tangan hampa. Oh. Panas2 begini pergi tapi ga dapat apa apa?
Akhirnya daripada ga dapet apa apa. Saya beli swarma aja deh..
'swarma satu bang. Kabir!'
'kabir? Ok'
daging itu dipanggang. Kasian ya dagingnya. Si pedagang yg berikat kepala itu mengasah pisaunya yg seperti pedang itu. Sreeekk sreeeek... Lalu potong daging itu. Sreeet sreet. Rotinya disiapkan. Dibiarkan berbaring dimeja. Diolesi mayoneis. Di beri acar. Daging yg tadi di potong diambil lalu dimasukan kedalam roti. Roti di gulung. Dilapisi dengan roti lagi. Lalu di kasih minyak. Ditempel ke pembakaran.. Keluar api.. Brususuussuus!!! Bunyi mendesis..
Ohhh... Api..
Si pedagang sibuk dengan swarma. Sambil nunggu. Saya ngobrol sama api.
'api.. Oh api. Saya punya niat untuk menulis tentang air dalam sebuah buku 'belajar dari sifat2 air'. Saya lupa sama kamu pi..'
'hehehe.. Ga apa apa. Saya memang tidak usah diingat nan.' kata api. Api terus menyala nyala dipanggangan itu
'pi.. Kamu itu bahan bakunya setan kan? Aku dari tanah. Setan dari api. Setan pernah bangga karena itu pi'
'haha.. Saya sama tanah sama saja. Setan itu memang membangkang sama Tuhannya karena kesombongannya. Lah. Sombong itu jubahnya Tuhan. Hanya Tuhan yang boleh sombong. Lah setan ini berani beraninya mencuri jubah Tuhan. Memakaikan di tubuhnya. Kesombongan itu berbahaya nan. Dan itu salah satu sifatku'
'hmmm. Api.. Oh api.. Tapi kamu tetap taat pada Allah pi. Saya tahu ceritanya ketika kamu diperintah Allah untuk jadi dingin. Dulu ibrahim hendak dibakar kaum kafir. Kamu menjadi dingin pi, dan ibrahim AS selamat'
'hehehe.. Kamu tahu juga ternyata. Ya. Aku memang seperti semua yang ada di dunia ini. Kami mengabdi pada Allah. Bertasbih dan menaatiNya'
'api, punya nasehat untuk aku ga?'
api itu sebentar terdiam lalu berkata.
'nan, hati hatilah kamu hidup. Aku ini ada didalam tubuhmu. Aku membuat matang masakan yg kamu makan. Aku diam2 menyelusup ke dalam dirimu. Banyak makan banyak setan. Setan terbuat dariku nan. Aku membakar hatimu. Aku menyalakan hawa nafsumu. Hati hatilah nan dengan hawa nafsumu. Dia merusak. Dia membuat bodoh orang yang pintar. Nafsumu itu nan. Bisa2 membuatmu terbakar olehku nanti di neraka'
'ok pi, terimakasih nasihatnya..'
pedagang itu memberikan swarma. Saya ambil dan kasih dia uang 50 lira.. Saya pulang.... Oh saya jadi inget neraka nih. Neraka yang penuh api. Oh andai api sedingin air.
Lindungi aku, keluargaku, teman2ku. Dari api neraka ya Allah....
Selimut bertanya pada saya
'kenapa mau beli buku itu nan?'
'begini mut, Rasulullah bersabda. Iman itu ada 70 sekian cabang. Paling tinggi adalah kesaksian laa ilaaha illa Allah, dan iman paling rendah itu menyingkirkan duri dijalan. Malu itu sebagian dari iman. Nah, saya itu penasaran. 70 cabang iman yg lain itu apa? Maka saya mau beli buku imam baihaqi yg mengulas tuntas 70 cabang iman yg lain. Begitu mut. Ngertikan ente?' saya jawab pertanyaan selimut sambil merapikannya diatas kasur.
Saya bergegas pergi. Ketempat loker2 sepatu.
'nan, eis launak?' sapa loker no 35. Loker sepatu saya.
Eis launak itu artinya. Bagaimana warnamu? Maksudnya nanya kabar.. Apa kabar ente? Gitu..
'khaer..' sambil saya masukan kunci ke loker no 35 itu.
Loker berkata.. 'mau kemana ente Panas2 gini? Mending baca buku atau nulis sana!'
'ini, saya mau beli buku.. Iya rencananya untuk bahan tulisan juga kok. Udah jangan cerewet. Siniin sendal yg saya titip'
saya ambil sendal item berharga 100 lira yg saya beli waktu bulan ramadhan. Saya pun langsung caw dari mabit. Menuju servis. Servis itu semacam angkot klo dibandung. Saya mesti naik servis dan turun di baramkeh. Berarti mesti naik jurusan shinaah - mujtahed. Ongkosnya 5 lira saja.
Setelah lama menunggu. Daritadi yg lewat servisnya penuh penumpang. Akhirnya servis berwarna putih itu berhenti dan pintu terbuka. Bismillah.. Saya masuk servis itu. Saya kasih uang ke org yg duduk didepan saya. Nah, org yg didepan saya itu yg ngasih ke supir.
Sampai baramkeh saya bilang 'najilna lau samahat'. Servis ngrem.. Ckiiiiiiiitttt.... Pintu kebuka dan saya loncat. Ciaaaat!! Sendal malang itu saya injak dan bertemu aspal. Sangat kasian sekali sendal saya itu.
'sendal, kamu bahagia ga jadi sendalnya aku?' saya waktu itu nanya sama dia. Takutnya dia ngerasa kebereratan jadi sendalnya saya. Mungkin kaki saya terlalu besar atau terkadang bau.
'engga nan, ga apa apa. Taqdir saya emang begini. Saya senang kok jadi sendal. Ini emang tugas saya. Ya pesan saya sih, langkahkan kaki kamu ke tempat yg Allah ridhai. Saya bakal ikut sama kamu'
saya berjalan. Menyusuri jalan baramkeh. Klo ada perempuan. Saya menundukan pandangan. Bukan malu karena saya botak. Tapi karena saya beriman. Kata Allah. qul lil mu'minina yaghadhuu absharahum.. Katakanlah pada org beriman untuk menundukan pandangannya. Saya kan beriman. Jd mesti menundukan pandangan. Mudah2an istiqomah. Amin
sampai di halbouni. Di dar ibn qayyim. Toko buku kecil tapi segala ada. Aneh memang. Toko buku itu ada disamping toko parfum.. Saya masuk toko itu. Saya nanya. 'afwan mu'alim, ada syu'ab iman imam baihaqi?'
'ada.. Itu tuh dibelakang kamu. 7 jilid!'
jleegeeeeeer!!!!!
Serasa ada gledek menyambar!
7 JILID????
Kirain saya 1 jilid aja gitu lho. Saya cuman bawa 300lira. My god. Itu cabang iman ditulis bisa sampai 7 jilid gitu. Itu isinya apaan aja? Bwaaaah...
Ok. Saya pulang dengan bengong. Salam ke penjaga toko. Kaga jadi beli. Mending cari di internet aja PDFnya terus saya masukin ke iBook di iPad..
Saya pulang dengan tangan hampa. Oh. Panas2 begini pergi tapi ga dapat apa apa?
Akhirnya daripada ga dapet apa apa. Saya beli swarma aja deh..
'swarma satu bang. Kabir!'
'kabir? Ok'
daging itu dipanggang. Kasian ya dagingnya. Si pedagang yg berikat kepala itu mengasah pisaunya yg seperti pedang itu. Sreeekk sreeeek... Lalu potong daging itu. Sreeet sreet. Rotinya disiapkan. Dibiarkan berbaring dimeja. Diolesi mayoneis. Di beri acar. Daging yg tadi di potong diambil lalu dimasukan kedalam roti. Roti di gulung. Dilapisi dengan roti lagi. Lalu di kasih minyak. Ditempel ke pembakaran.. Keluar api.. Brususuussuus!!! Bunyi mendesis..
Ohhh... Api..
Si pedagang sibuk dengan swarma. Sambil nunggu. Saya ngobrol sama api.
'api.. Oh api. Saya punya niat untuk menulis tentang air dalam sebuah buku 'belajar dari sifat2 air'. Saya lupa sama kamu pi..'
'hehehe.. Ga apa apa. Saya memang tidak usah diingat nan.' kata api. Api terus menyala nyala dipanggangan itu
'pi.. Kamu itu bahan bakunya setan kan? Aku dari tanah. Setan dari api. Setan pernah bangga karena itu pi'
'haha.. Saya sama tanah sama saja. Setan itu memang membangkang sama Tuhannya karena kesombongannya. Lah. Sombong itu jubahnya Tuhan. Hanya Tuhan yang boleh sombong. Lah setan ini berani beraninya mencuri jubah Tuhan. Memakaikan di tubuhnya. Kesombongan itu berbahaya nan. Dan itu salah satu sifatku'
'hmmm. Api.. Oh api.. Tapi kamu tetap taat pada Allah pi. Saya tahu ceritanya ketika kamu diperintah Allah untuk jadi dingin. Dulu ibrahim hendak dibakar kaum kafir. Kamu menjadi dingin pi, dan ibrahim AS selamat'
'hehehe.. Kamu tahu juga ternyata. Ya. Aku memang seperti semua yang ada di dunia ini. Kami mengabdi pada Allah. Bertasbih dan menaatiNya'
'api, punya nasehat untuk aku ga?'
api itu sebentar terdiam lalu berkata.
'nan, hati hatilah kamu hidup. Aku ini ada didalam tubuhmu. Aku membuat matang masakan yg kamu makan. Aku diam2 menyelusup ke dalam dirimu. Banyak makan banyak setan. Setan terbuat dariku nan. Aku membakar hatimu. Aku menyalakan hawa nafsumu. Hati hatilah nan dengan hawa nafsumu. Dia merusak. Dia membuat bodoh orang yang pintar. Nafsumu itu nan. Bisa2 membuatmu terbakar olehku nanti di neraka'
'ok pi, terimakasih nasihatnya..'
pedagang itu memberikan swarma. Saya ambil dan kasih dia uang 50 lira.. Saya pulang.... Oh saya jadi inget neraka nih. Neraka yang penuh api. Oh andai api sedingin air.
Lindungi aku, keluargaku, teman2ku. Dari api neraka ya Allah....
No comments:
Post a Comment