Saya punya sebuah kalimat untuk kita jadikan renungan.
‘Good news and bad news in one sentence... Nothing last
forever’
Berita baik, tiada yang abadi. Penderitaan kita akan usai.
Lelah kita bekerja akan terhenti dan dibalas dengan surga yang indah. Kesukaran
dan kesulitan tak akan bertahan selamanya.
Berita buruk, tiada yang abadi. Kesenangan dan kebahagiaan
kita akan berakhir, maka jangan terlalu sombong dan lupa diri. Waspadalah dan
syukuri apa yang masih kita miliki.
Tiada yang abadi
Keluarga yang amat menyayangi kita tak akan hadir selamanya.
Mereka akan pergi suatu hari nanti. Ayah yang penuh kasih itu suatu hari pergi
dan kita hanya bisa menyentuhnya dengan doa. Ibu yang dulu begadang semalaman
ketika kita sakit dan menjaga penuh cinta, suatu hari akan tiada. Kakak yang
penuh perhatian dan adik yang menggemaskan, suatu hari nanti hanya akan jadi
rindu dan kenangan.
Harta yang amat kita cintai dan kita perjuangkan sehari
semalam bisa lenyap dan habis dengan satukali kebakaran. Atau pada suatu hari
nanti terjadi perang yang sangat dahsyat di daerah kita, harta kita akan
kehilangan harganya, tak berarti.
Hari akhir biasa disebut sebagai hari kiamat. Hari kiamat
terbagi menjadi dua. Kiamat sugra dan kubra. Kiamat sugra adalah kiamat kecil,
hari ketika seorang manusia mengalami kehilangan kebahagiaan, kesenangan,
harta, dan nyawanya. Hari ketika suatu hal yang membuat menderita terjadi. Bisa
bencana alam atau kecelakaan.
Kiamat kubra adalah kiamat besar. Hari ketika seluruhnya
hancur tanpa kecuali.
Hakikat makhluk itu memiliki awal dan akhir. Seluruh yang
memiliki awal maka akan memiliki akhir. Begitu pula kehidupan kita di dunia,
suatu hari nanti akan ada akhirnya.
Maksud dari hari akhir adalah berhentinya kehidupan di
dunia. Kehidupan dunia ini benar-benar akan berakhir. Tak ada lagi manusia yang
hidup. Semuanya mati tak bersisa tanpa kecuali. Tak ada lagi bumi dan matahari,
semuanya hancur.
An-Naml ayat 87 “Dan (ingatlah) hari (ketika) di tiup
sangkakala, maka terkejutlah segala yang ada di bumi, di langit dan segala yang
ada di bumi, kecuali siapa yang di kehendaki Allah SWT. Dan semua akan datang
menghadap-Nya dengan merendahkan Diri.”
Al-Muzzamil ayat 14 “Pada haribumi dan gunung-gunung
bergoncangan, dna menjadikan gunung-gunung itu tumpukan- tumpukan pasir yang
berterbangan”.
Benda akan hancur oleh waktu. Waktu akan merusak semua hal
yang ia lewati. Besi akan berkarat, kayu akan hilang termakan rayap, makanan
akan membusuk seiring waktu berjalan. Dan manusia tercekik oleh waktu, semakin
hari akan semakin tua dan keriput.
Ribuan manusia telah mati selama kita hidup. Kita selalu
menganggap mati itu suatu yang jauh. Padahal mati seperti panu yang selalu
menempel di kulit, amatlah dekat.
Kita selalu merasa aman dan menganggap hari akhir masih
sangat jauh. Karena merasa demikian kewaspadaan kita menurun sampai titik nol.
Disiplin kita untuk menjauhi larangan Allah menurun. Semangat kita untuk
melakukan ibadah menurun.
surah Ali Imran Ayat 185,“Tiap –tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barang siapa di jatuhakan dari neraka dan di masukan ke dalam surga,
maka sesungguhnya ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanya
kesenangan yang memberdayakan.”
Fungsi iman kepada hari akhir adalah menerbitkan kewaspadaan
yang tenggelam. Ketika manusia menyadari adanya akhir, maka ia akan sadar akan
batas-batas. Ketika manusia mengingat akhir mereka akan berpikir mengenai makna
dan arah hidup. Akhir seperti tanda titik. Dengan tanda titik sebuah kalimat
menjadi utuh dan selesai lalu bisa kita maknai. Begitu pula hidup baru punya
arti ketika sampai pada titiknya, akhirnya.
Apa yang kita mulai pasti akan selesai daan berakhir. Maka
mau kita mulai dengan bagaimana? seperti apa akhir yang akan kita lihat?
Allah merahasiakan waktu terjadinya hari akhir. Hikmahnya
adalah agar kita waspada, bisa saja hari akhir itu terjadi esok hari atau dalam
waktu yang sangat dekat. Di sisi lain, kita bisa menjadi sedikit tenang untuk
menikmati hidup kita, kita tak tahu kapan terjadi hari akhir sehingga tidak
terlalu memberatkan pikiran dan perasaan kita.
Maha suci Allah. Semoga kita senantiasa waspada dan
mendapatkan akhir yang baik. Jangan sampai kita menjadi golongan yang menyesali
telah hidup dengan berkata
“Yaa Laitanii kuntu turaaban.”
“Ohh betapa sialnya aku, seandainya dulu aku hanyalah debu”
No comments:
Post a Comment