Wednesday, 31 December 2014

Hai Introvert Optimislah..

Tulisan saya kali ini untuk orang yang merasa dirinya introvert.


Senin 13 Oktober 2014 saya kedatangan tamu istimewa, Adik kelas saya di pesantren bernama Faiz Ahadina. Dia datang ke perpustakaan UI untuk menemui saya. Rencananya kami akan mengobrol dan saling bertukar cerita. Agenda khususnya Faiz ingin konsultasi ke saya soal keluhannya.

Faiz merasa dirinya introvert. pemalu dan penyendiri. Dia merasa lebih bersemangat, fokus, dan berenergi saat sendirian daripada saat berkumpul bersama orang lain.
Faiz memiliki cita-cita tinggi. Ingin membanggakan orang tua dan bermanfaat untuk sebanyak mungkin orang. Dia menyadari untuk mewujudkan cita-cita itu dia perlu banyak bergaul, berorganisasi, dan berinteraksi dengan banyak orang. Terlebih lagi dia kuliah di jurusan entrepreneurship. Menjadi pengusaha perlu kemampuan yang cakap dalam menghadapi dan mengurus orang. Faiz merasa masuk ke suatu wilayah tidak nyaman. Faiz orang pendiam, tidak bisa menghangatkan suasana, tertutup, dan sulit memulai obrolan. Faiz merasa tersiksa karena ini.
Orang introvert itu minoritas, orang ekstrovert mayoritas. Satu orang ekstrovert bisa jadi orang yang sangat dominan di suatu perkumpulan. Nah, orang ekstrovert berjumlah banyak. Orang introvert seperti Faiz jadi tambah minder.
Kami punya kakak kelas yang introvert. Kang Irfan Amalee. Dia mengatakan kalimat yang inspiratif soal introvert
“Hal yang orang tunggu dari orang introvert bukan menghangatkan atau meramaikan suasana seperti yang orang ekstrovert lakukan, tapi karya-karya yang fenomenal!”
Albert Einstein, Bill Gates, dan JK Rowling adalah orang introvert. Dunia merasakan manfaat lewat karya-karya mereka. Kang Irfan Amalee juga berkarya. Menulis buku-buku dan mendirikan peace generation sehingga membuat dia masuk sebagai 500 muslim berpengaruh dunia.
“Yasudah iz. Kamu berkarya aja. Beri orang lain manfaat lewat ide dan buah tangan kamu” kata saya.
“Iya a. tapi saya tetap merasa perlu untuk bergaul. Gimana ya a? ini saya kuliah di jurusan entrepreneurship a ”
“kebetulan aa baru baca pemikiran Piere Bordieu soal habitus. Manusia terbentuk karena habitus. Habitus itu kebiasaan, lingkungan, dan keadaan tertentu yang akhirnya membentuk manusia. Gini iz. Kalau kamu mau jadi seorang entrepreneur, kamu mesti masuk ke habitus yang membuat langkah kamu lancar menjadi entrepreneur. Misalnya masuk komunitas entrepreneur, bergaul dengan mereka yang paham soal bisnis. Nanti kamu secara otomatis akan terbentuk jadi entrepreneur iz.
Kalau ngandelin semangat dan niat saja iz, kita akan selalu gagal untuk bertahan melawan waktu. Konsistensi dan setia untuk selalu berjuang itu sulit. Jadi mending masuk ke dalam habitus. Atau ciptakan habitus itu sendiri. Jadikan apa yang perlu kamu lakukan itu kebiasaan. Buat lingkungan yang kondusif yang sesuai dengan tujuan yang mau kamu capai.”
“Iya a. tapi gimana sayanya kayak gini a. introvert. Gak bisa bergaul masuk ke habitus itu”
“nah ini iz yang jadi masalah di diri kamu. Soal mindset. Kamu udah terlalu terpaku sama pikiran kamu kalau kamu itu introvert.
Iz. Ada dua macam mindset. Fixed mindset dan growth mindset. Kamu ini fixed mindset. Pola pikir kamu udah bilang fix kalau kamu itu introvert. Jangan begitu, nanti selamanya kamu gak akan bisa berubah. Manusia itu dinamis iz, bisa berkembang dan bisa tambah baik. Setiap manusia punya potensi yang akan menjadi aksi. Kamu lebih baik pakai growth mindset.

Coba iz aa tanya. Kamu datang jauh-jauh dari Kebayoran. Naik kereta ke UI. Masuk ke perpustakaan kampus orang lain untuk ketemu saya. Terus kamu ngobrol dengan saya sekarang. Kira-kira, itu hal yang dilakukan orang introvert atau ekstrovert?”
“Orang Ektrovert a”
“tuhkan. Kamu itu udah melakukan sesuatu yang orang ektrovert lakukan. Kalau kamu ini introvert tulen iz. Tentu kamu bakal lebih memilih diam di kosan. Mengurung diri. Gak akan pergi jauh juah buat ngobrol sama saya”

“ohhh.. berarti saya ambivert”
“hahahahahaha.. maksudnya bukan begitu. Hahahaha. Ekstrovert dan introvert itu cuma konsep di kepala. Sesungguhnya gak ada manusia yang betul betul introvert dan betul betul ektrovert. Sesuai keperluanlah
Manusia itu berkembang iz. Bahkan Nabi Muhammad pun tidak langsung jadi orang superhebat. Pasti ada prosesnya. Kalau aa pikir ya. Nabi Muhammad itu pada awalnya orang introvert.”
“loh, kok gitu a?”
“iya iz. Coba bayangin. Nabi Muhammad itu yatim. Ditinggal oleh ibunya umur 6 tahun. Lalu dia tinggal di rumah kakeknya. Kira-kira anak yang tinggal di rumah kakek dalam keadaan yatim piatu dia akan ekstrovert atau introvert?”
“introvert a”
“lalu kakek nabi Muhammad meninggal dunia. Beliau mesti tinggal di rumah Abi Thalib, pamannya yang memilik anak banyak. Nabi Muhammad punya kemungkinan besar seorang introvert. Tapi itu tidak menghalangi beliau menjadi pengusaha yang hebat iz di Siti Khadijah Corporation. Di sana pasti ada usaha, kerja keras, belajar, dan ketekunan.”
“Ya itukan Nabi a. saya mah bukan”
“Iz. Kenapa Allah mengutus seorang manusia bukan malaikat? Supaya bisa kita jadikan teladan. Nabi manusia. Kamu juga manusia. Manusia bisa belajar dan berkembang. Udahlah jangan terlalu kamu pikirkan masalah introvert atau ekstrovert.
Kita hidup untuk belajar. Kalau kebetulan kamu sekarang orang introvert. Itu bukan sebuah hukuman, tapi kamu sedang dididik”
“dididik apaan a?”
“Ya dididik supaya kamu sabar dan belajar jadi orang yang lebih terbuka.”
Dan obrolan kami pun selesai karena adzan dhuhur. Saya pun ada kuliah filsafat pendidikan jam 1 siang.
Sebelum saya berangkat kuliah. Saya ajak Faiz makan nasi padang, saya teraktir dia. Saya mesti menjamu tamu secara istimewa.. Apalagi ini adik kelas kesayangan saya dari dulu ketika dia masih kelas 1 MTs.

Di rumah makan padang, saya makan ayam balado dan Faiz makan daging rendang. Setelah beberapa saat, Faiz bicara

“A, boleh nambah nasi ya?”
Saya tersenyum dan bilang
“iz. Kira-kira itu hal yang dilakukan orang introvert atau ekstrovert?”
Dan kami pun tertawa..
Haduuuh udah ditraktir. lalu dengan tanpa malu minta nambah. terus mengaku orang introvert?
“kalau bisa saya minta bungkus juga a. hehehe”

No comments:

Post a Comment