Tulisan saya kali ini untuk orang yang merasa dirinya introvert.
Senin 13 Oktober 2014 saya kedatangan tamu istimewa, Adik kelas saya di
pesantren bernama Faiz Ahadina. Dia datang ke perpustakaan UI untuk menemui
saya. Rencananya kami akan mengobrol dan saling bertukar cerita. Agenda
khususnya Faiz ingin konsultasi ke saya soal keluhannya.
Faiz merasa dirinya
introvert. pemalu dan penyendiri. Dia merasa lebih bersemangat, fokus, dan
berenergi saat sendirian daripada saat berkumpul bersama orang lain.
Faiz memiliki
cita-cita tinggi. Ingin membanggakan orang tua dan bermanfaat untuk sebanyak
mungkin orang. Dia menyadari untuk mewujudkan cita-cita itu dia perlu banyak
bergaul, berorganisasi, dan berinteraksi dengan banyak orang. Terlebih lagi dia
kuliah di jurusan entrepreneurship. Menjadi pengusaha perlu kemampuan yang
cakap dalam menghadapi dan mengurus orang. Faiz merasa masuk ke suatu wilayah
tidak nyaman. Faiz orang pendiam, tidak bisa menghangatkan suasana, tertutup,
dan sulit memulai obrolan. Faiz merasa tersiksa karena ini.
Orang introvert itu
minoritas, orang ekstrovert mayoritas. Satu orang ekstrovert bisa jadi orang
yang sangat dominan di suatu perkumpulan. Nah, orang ekstrovert berjumlah
banyak. Orang introvert seperti Faiz jadi tambah minder.
Kami punya kakak kelas
yang introvert. Kang Irfan Amalee. Dia mengatakan kalimat yang inspiratif soal
introvert
“Hal yang orang tunggu
dari orang introvert bukan menghangatkan atau meramaikan suasana seperti yang
orang ekstrovert lakukan, tapi karya-karya yang fenomenal!”
Albert Einstein, Bill
Gates, dan JK Rowling adalah orang introvert. Dunia merasakan manfaat lewat
karya-karya mereka. Kang Irfan Amalee juga berkarya. Menulis buku-buku dan
mendirikan peace generation sehingga membuat dia masuk sebagai 500 muslim
berpengaruh dunia.
“Yasudah iz. Kamu
berkarya aja. Beri orang lain manfaat lewat ide dan buah tangan kamu” kata
saya.
“Iya a. tapi saya
tetap merasa perlu untuk bergaul. Gimana ya a? ini saya kuliah di jurusan
entrepreneurship a ”
“kebetulan aa baru baca
pemikiran Piere Bordieu soal habitus. Manusia terbentuk karena habitus. Habitus
itu kebiasaan, lingkungan, dan keadaan tertentu yang akhirnya membentuk
manusia. Gini iz. Kalau kamu mau jadi seorang entrepreneur, kamu mesti masuk ke
habitus yang membuat langkah kamu lancar menjadi entrepreneur. Misalnya masuk
komunitas entrepreneur, bergaul dengan mereka yang paham soal bisnis. Nanti
kamu secara otomatis akan terbentuk jadi entrepreneur iz.
Kalau ngandelin
semangat dan niat saja iz, kita akan selalu gagal untuk bertahan melawan waktu.
Konsistensi dan setia untuk selalu berjuang itu sulit. Jadi mending masuk ke
dalam habitus. Atau ciptakan habitus itu sendiri. Jadikan apa yang perlu kamu
lakukan itu kebiasaan. Buat lingkungan yang kondusif yang sesuai dengan tujuan
yang mau kamu capai.”
“Iya a. tapi gimana
sayanya kayak gini a. introvert. Gak bisa bergaul masuk ke habitus itu”
“nah ini iz yang jadi
masalah di diri kamu. Soal mindset. Kamu udah terlalu terpaku sama pikiran kamu
kalau kamu itu introvert.
Iz. Ada dua macam
mindset. Fixed mindset dan growth mindset. Kamu ini fixed mindset. Pola pikir
kamu udah bilang fix kalau kamu itu introvert. Jangan begitu, nanti selamanya
kamu gak akan bisa berubah. Manusia itu dinamis iz, bisa berkembang dan bisa
tambah baik. Setiap manusia punya potensi yang akan menjadi aksi. Kamu lebih
baik pakai growth mindset.
Coba iz aa tanya. Kamu datang jauh-jauh dari Kebayoran. Naik kereta ke UI. Masuk ke perpustakaan kampus orang lain untuk ketemu saya. Terus kamu ngobrol dengan saya sekarang. Kira-kira, itu hal yang dilakukan orang introvert atau ekstrovert?”
“Orang Ektrovert a”
“tuhkan. Kamu itu udah
melakukan sesuatu yang orang ektrovert lakukan. Kalau kamu ini introvert tulen
iz. Tentu kamu bakal lebih memilih diam di kosan. Mengurung diri. Gak akan
pergi jauh juah buat ngobrol sama saya”
“ohhh.. berarti saya
ambivert”
“hahahahahaha..
maksudnya bukan begitu. Hahahaha. Ekstrovert dan introvert itu cuma konsep di
kepala. Sesungguhnya gak ada manusia yang betul betul introvert dan betul betul
ektrovert. Sesuai keperluanlah
Manusia itu berkembang
iz. Bahkan Nabi Muhammad pun tidak langsung jadi orang superhebat. Pasti ada
prosesnya. Kalau aa pikir ya. Nabi Muhammad itu pada awalnya orang introvert.”
“loh, kok gitu a?”
“iya iz. Coba bayangin.
Nabi Muhammad itu yatim. Ditinggal oleh ibunya umur 6 tahun. Lalu dia tinggal
di rumah kakeknya. Kira-kira anak yang tinggal di rumah kakek dalam keadaan
yatim piatu dia akan ekstrovert atau introvert?”
“introvert a”
“lalu kakek nabi
Muhammad meninggal dunia. Beliau mesti tinggal di rumah Abi Thalib, pamannya
yang memilik anak banyak. Nabi Muhammad punya kemungkinan besar seorang
introvert. Tapi itu tidak menghalangi beliau menjadi pengusaha yang hebat iz di
Siti Khadijah Corporation. Di sana pasti ada usaha, kerja keras, belajar, dan
ketekunan.”
“Ya itukan Nabi a.
saya mah bukan”
“Iz. Kenapa Allah
mengutus seorang manusia bukan malaikat? Supaya bisa kita jadikan teladan. Nabi
manusia. Kamu juga manusia. Manusia bisa belajar dan berkembang. Udahlah jangan
terlalu kamu pikirkan masalah introvert atau ekstrovert.
Kita hidup untuk
belajar. Kalau kebetulan kamu sekarang orang introvert. Itu bukan sebuah
hukuman, tapi kamu sedang dididik”
“dididik apaan a?”
“Ya dididik supaya
kamu sabar dan belajar jadi orang yang lebih terbuka.”
Dan obrolan kami pun
selesai karena adzan dhuhur. Saya pun ada kuliah filsafat pendidikan jam 1
siang.
Sebelum saya berangkat
kuliah. Saya ajak Faiz makan nasi padang, saya teraktir dia. Saya mesti menjamu
tamu secara istimewa.. Apalagi ini adik kelas kesayangan saya dari dulu ketika
dia masih kelas 1 MTs.
Di rumah makan padang, saya makan ayam balado dan Faiz makan daging rendang. Setelah beberapa saat, Faiz bicara
“A, boleh nambah nasi ya?”
Saya tersenyum dan
bilang
“iz. Kira-kira itu hal
yang dilakukan orang introvert atau ekstrovert?”
Dan kami pun tertawa..
Haduuuh udah
ditraktir. lalu dengan tanpa malu minta nambah. terus mengaku orang introvert?
“kalau bisa saya minta bungkus juga a. hehehe”
No comments:
Post a Comment