Saya ingin bercerita tentang
Ustadz saya di Damaskus. Beliau sangat inspiratif. Entah kenapa saya punya
imajinasi tersendiri mengenai sang ustadz. Saya punya bayangan, secara fisik,
sepertinya nabi Muhammad mirip dengan ustadz saya ini. ya namanya juga
imajinasi.
Ustadz tersebut bernama Ammar.
Ganteng bermata biru. badannya besar, tegap, dan gagah. Beliau menjabat sebagai
kepala asrama dan mengajar fiqih syafi’i. Jika murid ingin izin ke luar komplek
ma’had, mereka harus minta izin Ustadz Ammar terlebih dahulu. Ustadz Ammar juga
yang memegang paspor semua murid. Beliau tempat penitipan uang yang paling
aman.
Dari beliau saya belajar cara
berdakwah yang santun dengan stok cinta yang banyak dalam hati. Islam menyebar
bukan lewat senjata, kekerasan, dan rasa takut, tapi menyebar lewat senyuman,
kasih sayang, dan ajakan bersahabat dari Rasulullah. Ustadz Ammar mengerti
betul tentang itu. Beliau dengan sabar menghadapi berbagai macam watak
murid-muridnya yang datang dari berbagai penjuru dunia. kebandelan murid dari
Rusia, Afrika, Eropa Asia Barat, Asia Timur, Asia Tenggara sudah pasti membuat
beliau pusing. Beliau Tidak pernah mengeluarkan dari mulutnya bentakan dan kata
kasar. Semarah apapun beliau yang keluar hanyalah nasehat yang menyejukan dan
anjuran “shollu ‘ala nabi” bershalawat pada nabi, kemudian beeliau mendoakan “Semoga
Allah meridhoimu”
Ada kejadian lucu. Suatu hari Ustadz Ammar menggantikan Ustadz pengajar
Sejarah Rasulullah. Beliau memperintahkan pada seorang murid untuk membaca kitab
Siroh Nurul Yaqin. kitab tersebut bertuliskan arab gundul tidak ada syakalnya. Si
murid itu salah baca جلّ ذكره. Harusnya dibaca Jalla Dzikrahu, artinya
maha tinggi sebutanNya. Eh murid gendeng ini malah salah baca. Dia bacanya
Jalla Dzakarahu. Waduh. Temen-temen tahu dzakar kan? Itu artinya jadi maha
tinggi t***tnya. Itu kesalahan sangat
dahsyat. Teman-teman sekelas tertawa. Ustadz Ammar tidak marah padahal itu
kesalahan besar. Beliau hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala. “ya
akhi, istigfar”. Begitu kata beliau. Wah klo sama ustadz di Indonesia mungkin
sudah ngamuk dan menginjak kepala si murid itu atau setidaknya dibilang “kamu
bodoh!”
Pada bulan Ramadhan saya dan teman-teman
shaum dari jam 3 shubuh sampai jam 8
malam. saat itu bulan Ramadhan bertepatan dengan musim panas. Setiap hari shaum
terasa tak ada akhirnya, melelahkan dan haus luarbiasa. teman-teman di asrama
jadi sering menggosok gigi. Ustadz Ammar memperhatikan kami tak tak menegur
apa-apa. Sampai pada suatu hari Ustadz Ammar membawa sekantung besar siwak. Siwak
itu terbuat dari kayu arok yang biasa dipakai untuk membersihkan gigi. Lalu beliau
membagikan kepada masing-masing murid sebuah siwak.
Setelah membagikan siwak pada
semua orang, Ustadz Ammar berkata di hadapan semua
“Saya perhatikan saudara-saudara
sekalian sering menggosok gigi. Menggosok gigi hukumnya makruh jika dijalankan
selama shaum. Mungkin saja air yang kita masukan ke dalam mulut bisa terminum
atau odol bisa tertelan, saya takut itu semua membatalkan shaum kalian. Saya belum
menegur karena saya belum bisa menghadirkan solusi alternatif untuk kalian
membersihkan gigi. Ini saya bagikan siwak untuk kalian. Mulai sekarang pakailah
siwak itu untuk membersihkan gigi kalian dan ada baiknya kalian tidak lagi
menggosok gigi dengan air dan odol. Saya mengharapkan kebaikan untuk kita semua
dan ridho Allah Ta’ala. Semoga ibadah Shaum kita mendapat pahala sempurna”
Mendengar kata-kata ustadz Ammar itu
mata saya berkaca-kaca. Dalam hati saya berbisik “ini lho Islam! ini lho
kedamaian dan kecerdikan dakwah!”.
Saya belajar sesuatu yang sangat
penting dalam berdakwah. Kita harus memberikan alternatif yang baik untuk
sesuatu yang mesti orang lain tinggalkan. Jika kita ingin melarang orang-orang
untuk mabuk, datanglah dengan berliter-liter susu dan teh manis, bagikan susu
dan teh manis itu dengan senyuman dan cinta. Bukan mendatangi orang-orang mabuk
dengan pentungan dan teriakan. Islam adalah semangat untuk menasehati dengan
memberikan solusi. Nasehat yang keluar dari hati karena cinta pada sesama. Dengan
sebuuah harapan Allah mencintai kita semua karena berjalan padaa arah yang diRidhoiNya.
Ustadz Ammar sangat baik dan kenal
pada seluruh muridnya. Saya sering beliau sapa dan beliau mengingatkan saya
untuk menghapal Al-Qur’an. Ceramah-ceramah beliau selalu inspiratif dan penuh semangat.
Beliau mengingatkan bahwa saya telah menempuh jarak ribuan kilometer untuk
belajar Islam. belajarlah yang semangat dan kerahkan seluruh kemampuan.
Ah saya rindu pada Ustadz Ammar. Mudah-mudahan
beliau baik-baik saja di Syria.
No comments:
Post a Comment