Wednesday, 26 March 2014

Dari Ustadz Ammar Saya Merasakan Islam

Saya ingin bercerita tentang Ustadz saya di Damaskus. Beliau sangat inspiratif. Entah kenapa saya punya imajinasi tersendiri mengenai sang ustadz. Saya punya bayangan, secara fisik, sepertinya nabi Muhammad mirip dengan ustadz saya ini. ya namanya juga imajinasi.

Ustadz tersebut bernama Ammar. Ganteng bermata biru. badannya besar, tegap, dan gagah. Beliau menjabat sebagai kepala asrama dan mengajar fiqih syafi’i. Jika murid ingin izin ke luar komplek ma’had, mereka harus minta izin Ustadz Ammar terlebih dahulu. Ustadz Ammar juga yang memegang paspor semua murid. Beliau tempat penitipan uang yang paling aman.

Dari beliau saya belajar cara berdakwah yang santun dengan stok cinta yang banyak dalam hati. Islam menyebar bukan lewat senjata, kekerasan, dan rasa takut, tapi menyebar lewat senyuman, kasih sayang, dan ajakan bersahabat dari Rasulullah. Ustadz Ammar mengerti betul tentang itu. Beliau dengan sabar menghadapi berbagai macam watak murid-muridnya yang datang dari berbagai penjuru dunia. kebandelan murid dari Rusia, Afrika, Eropa Asia Barat, Asia Timur, Asia Tenggara sudah pasti membuat beliau pusing. Beliau Tidak pernah mengeluarkan dari mulutnya bentakan dan kata kasar. Semarah apapun beliau yang keluar hanyalah nasehat yang menyejukan dan anjuran “shollu ‘ala nabi” bershalawat pada nabi, kemudian beeliau mendoakan “Semoga Allah meridhoimu”

Ada kejadian lucu.  Suatu hari Ustadz Ammar menggantikan Ustadz pengajar Sejarah Rasulullah. Beliau memperintahkan pada seorang murid untuk membaca kitab Siroh Nurul Yaqin. kitab tersebut bertuliskan arab gundul tidak ada syakalnya. Si murid itu salah baca جلّ ذكره. Harusnya dibaca Jalla Dzikrahu, artinya maha tinggi sebutanNya. Eh murid gendeng ini malah salah baca. Dia bacanya Jalla Dzakarahu. Waduh. Temen-temen tahu dzakar kan? Itu artinya jadi maha tinggi t***tnya.  Itu kesalahan sangat dahsyat. Teman-teman sekelas tertawa. Ustadz Ammar tidak marah padahal itu kesalahan besar. Beliau hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala. “ya akhi, istigfar”. Begitu kata beliau. Wah klo sama ustadz di Indonesia mungkin sudah ngamuk dan menginjak kepala si murid itu atau setidaknya dibilang “kamu bodoh!”

Pada bulan Ramadhan saya dan teman-teman shaum dari jam 3 shubuh  sampai jam 8 malam. saat itu bulan Ramadhan bertepatan dengan musim panas. Setiap hari shaum terasa tak ada akhirnya, melelahkan dan haus luarbiasa. teman-teman di asrama jadi sering menggosok gigi. Ustadz Ammar memperhatikan kami tak tak menegur apa-apa. Sampai pada suatu hari Ustadz Ammar membawa sekantung besar siwak. Siwak itu terbuat dari kayu arok yang biasa dipakai untuk membersihkan gigi. Lalu beliau membagikan kepada masing-masing murid sebuah siwak.

Setelah membagikan siwak pada semua orang, Ustadz Ammar berkata di hadapan semua
“Saya perhatikan saudara-saudara sekalian sering menggosok gigi. Menggosok gigi hukumnya makruh jika dijalankan selama shaum. Mungkin saja air yang kita masukan ke dalam mulut bisa terminum atau odol bisa tertelan, saya takut itu semua membatalkan shaum kalian. Saya belum menegur karena saya belum bisa menghadirkan solusi alternatif untuk kalian membersihkan gigi. Ini saya bagikan siwak untuk kalian. Mulai sekarang pakailah siwak itu untuk membersihkan gigi kalian dan ada baiknya kalian tidak lagi menggosok gigi dengan air dan odol. Saya mengharapkan kebaikan untuk kita semua dan ridho Allah Ta’ala. Semoga ibadah Shaum kita mendapat pahala sempurna”

Mendengar kata-kata ustadz Ammar itu mata saya berkaca-kaca. Dalam hati saya berbisik “ini lho Islam! ini lho kedamaian dan kecerdikan dakwah!”.

Saya belajar sesuatu yang sangat penting dalam berdakwah. Kita harus memberikan alternatif yang baik untuk sesuatu yang mesti orang lain tinggalkan. Jika kita ingin melarang orang-orang untuk mabuk, datanglah dengan berliter-liter susu dan teh manis, bagikan susu dan teh manis itu dengan senyuman dan cinta. Bukan mendatangi orang-orang mabuk dengan pentungan dan teriakan. Islam adalah semangat untuk menasehati dengan memberikan solusi. Nasehat yang keluar dari hati karena cinta pada sesama. Dengan sebuuah harapan Allah mencintai kita semua karena berjalan padaa arah yang diRidhoiNya.

Ustadz Ammar sangat baik dan kenal pada seluruh muridnya. Saya sering beliau sapa dan beliau mengingatkan saya untuk menghapal Al-Qur’an. Ceramah-ceramah beliau selalu inspiratif dan penuh semangat. Beliau mengingatkan bahwa saya telah menempuh jarak ribuan kilometer untuk belajar Islam. belajarlah yang semangat dan kerahkan seluruh kemampuan.

Ah saya rindu pada Ustadz Ammar. Mudah-mudahan beliau baik-baik saja di Syria.



No comments:

Post a Comment