Monday, 15 July 2013

Distorsi Kata

Masalah peyorasi dan ameliorasi menarik perhatian saya. kebetulan, saya kuliah di filsafat. Kerjaannya filsafat itu merekayasa kata-kata dan konsep. Klo kata dosen saya filsafat itu concept engineering. Tekhnologi untuk menciptakan konsep dan istilah-istilah baru. Karena itulah, filsafat sangat perhatian dengan pendekatan bahasa dan sangat akrab dengan kata-kata. 

Belakangan ini, saya sadar dan banyak menemukan penyimpangan makna kata-kata. Seperti yang kita tahu, Kata bisa mengalami perluasan atau penyempitan makna. Kata juga bisa mengalami citra positif dan negatif. Kata yang sangat sering kita gunakan, biasanya kata itulah yang mengalami perubahan makna yang jauh dari aslinya. 
Filsafat sendiri telah mengalami perluasan dan penyempitan makna kata. Bahkan filsafat banyak memiliki citra negatif. Jika orang bertanya “kamu kuliah jurusan apa nan?”. ketika kata filsafat saya ucapkan. Orang yang bertanya mengerutkan dahi. Filsafat di kepala banyak orang identik dengan atheis, istilah-istilah rumit, omongan yang tidak dimengerti, dan jurusan yang tidak berguna dalam industri. Pokonya, yang terbayang tentang filsafat adalah citra negatif. Padahal, jika kita telusuri dengan pendekatan bahasa, menurut saya filsafat itu sesuatu yang keren. Filsafat berasal dari kata Philo + Shopia, cinta + kebijaksanaan. Cinta terhadap kebijaksanaan. Dengan akal pikiran, intuisi, perasaan, dan pengalaman manusia, filsafat bertujuan untuk mencapai kebijaksanaan. Hal yang hanya bisa dimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki oleh being-being yang lain.


Contoh lain yang menarik adalah kata Humor. Kata humor yang kita kenal sekarang identik dengan tawa, lelucon, canda, dan hal-hal lucu. Padahal, Humor itu arti aslinya adalah cairan. Nah lho? 

Dulu, humor dianggap ilmuwan sebagai cairan yang ada di dalam tubuh seseorang. Cairan itu membentuk kepribadian orang tersebut. ada empat tipe cairan alias empat tipe humor yang dimiliki manusia. kalian mungkin pernah mendengar kata sanguis, melankolis, phlegmatis, dan koleris. Cairan-cairan itulah yang dipercaya membentuk kepribadian manusia. saat itu, orang yang baik dan memiliki kepribadian yang bagus, orang akan bilang padanya “you have a good humor”. sangat menarik bukan? Pasti kalian tidak menyangkanya.

Selanjutnya, yang mengalami penyimpangan makna adalah kata anarkis. Saat banyak terjadi unjuk rasa, kata anarkis sering kita pakai untuk menggambarkan keganasan, kebrutalan, dan kekerasan yang dilakukan oleh demonstran. Anarkis sesungguhnya bukanlah seperti itu. Kata anarki adalah sebuah kata serapan dari anarchy (bahasa Inggris) dan anarchie(Belanda/Jerman/Perancis), yang juga mengambil dari kata Yunani anarchos/anarchia. Ini merupakan kata bentukan a (tidak/tanpa/nihil) yang disisipi n dengan archos/ archia (pemerintah/kekuasaan). Anarchos/anarchia = tanpa pemerintahan. Sedangkan Anarkisberarti orang yang mempercayai dan menganut anarki.

Anarki ini pemikiran yang menarik. Katanya, manusia sesungguhnya tidak membutuhkan pemerintah, ketua, atau pemimpin. Manusia bisa mengurus dirinya masing-masing. Hukum dan peraturan tak dibutuhkan untuk orang-orang anarkis, karena mereka bisa menjalankan kehidupan sejahtera, adil, nyaman, dan damai dengan modal diri mereka sendiri. Manusia memiliki akal pikiran. Mengetahui apa yang baik dan buruk. manusia bisa mengendalikan dirinya dalam kebebasan yang dia miliki. Dalam pemikiran anarkisme. Adanya pemerintahan, rumah sakit jiwa, dan penjara adalah bukti dari kebobrokannya moral manusia. jikalah manusia memiliki moral, pastilah manusia itu tidak membutuhkan perintah-perintah dari pemimpin, manusia tidak butuh ditakut-takuti oleh penjara dan rumah sakit jiwa. Selama di suatu daerah memiliki 3 institusi tersebut, berarti ada yang salah dengan manusia-manusia di daerah itu. 

Kita bisa simak, betapa jauhnya makna kata anarkis yang sering banyak orang pakai dengan pengertian asli kata anarkis itu sendiri. Temen-temen saya di filsafat biasanya sedih jika ada orang yang menggunakan kata anarkis tidak dengan semestinya. Ya, mudah-mudahan dengan ini. Orang-orang jadi tahu makna anarkis yang sesungguhnya dan segera insaf. Hehe

Kata berikutnya adalah sekolah. Kita 12 tahun belajar di sekolah, tapi, tahukah kita apa arti sekolah yang sebenarnya? Kata Sekolah kita adaptasi dari bahasa yunani, skhole. Artinya apa? Pasti kalian tidak menyangkanya. Skhole itu artinya waktu luang! Oke, bagi kalian yang kaget, Silakan pingsan.

Sekolah yang selama ini kita sebalkan karena telah banyak merampas waktu kita. sangat ironis, ternyata makna dari sekolah sendiri adalah waktu luang. Jadi selama ini, kita sungguh-sungguh bersekolah ketika guru tidak hadir ke kelas. Karena di sanalah kita menemukan waktu luang. Hehe. 

Dulu, orang-orang yang memiliki waktu luang setelah melakukan kegiatan bekerja, berdagang, bertani dan lain-lain. Mereka menggunakan waktu luangnya dengan datang ke sebuah tempat untuk mendengarkan cerita, kisah, dan ajaran-ajaran yang menarik. Dulu, Sekolah adalah hal yang menyenangkan dan sangat bermanfaat untuk mengisi waktu. Sekarang, sekolah menjadi suatu tempat yang kadang membosankan. Kita datang ke sekolah berdasarkan kewajiban. Sekolah memberi predikat pintar dan bodoh, dan sekolah memberi kita nilai yang mendefiniskan kecerahan atau kesuraman masa depan kita. sejatinya sekolah adalah waktu luang yang semestinya jadi hal yang asik. Tapi apa boleh buat, makna dan arti sekolah telah jauh menyimpang.

Banyak sekali kata yang mengalami penyimpangan makna dan arti. Saya teringat pada nasihat KH. Ahmad Dahlan. Katanya, jika kita ingin merubah hidup kita, mulailah dengan merenungi setiap arti-arti kata. Misalkan kita merenungi kata ‘hidup’, ‘mati’, ‘diri’, ‘humor’, ‘anarkis’, dan ‘sekolah’. Dengan demikian kita akan menemukan pemahaman yang baru yang mencerahkan. 

Berpikir dan merenung itu menyenangkan, dan mencerahkan. Semoga hidup kalian jadi berubah dengan merenung dan menelah arti kata-kata sob.

2 comments:

  1. syukron jazila A' tulisannya, jadi makin tambah pengetahuan nih :)

    ReplyDelete
  2. terimakasih juga sudah membacanya. hehe

    ReplyDelete