Puisi untuk papah
by Ginan Aulia Rahman on Thursday, October 13, 2011 at 4:06am ·
Setelah namaku tertulis namamu.
Ginan aulia Rahman bin asep hidayat.
Nanti dipadang mahsyar aku dipanggil begitu.
Maafkan bilaku
tak jadi amal yg banyak bagimu
padahal siang Engkau banting tulang untukku
malam terbangun untuk doakanku
maafkan aku yg main melulu
waktu aku demam berdarah hampir mati karena nyamuk
papah yg menggendongku sampai puskesmas.
Darah keluar terus dari hidung, engkau khawatir. 'Jika mati sekarang anakku tak bisa jadi presiden'
'tak bisa memajukan indonesia jadi macan dunia'
papah... Takdir yg mempertemukan kita.
Siapa yg tahu yg akan lahir dirahim mamah adalah aku?
Semoga engkau tidak kecewa dan sia sia.
Papah.. Engkau pernah cerita ketika engkau masuk SD di linggawastu.
Engkau pergi kesana hanya untuk menyimpan buku..
Lalu pergi ke cikapundung berenang dengan bebek..
Lalu pergi ke cipaganti menyusul kakamu yg sekolah disitu.
Membayangkan itu aku jd ingin tertawa..
Ternyata papah pernah kecil juga
papah cerita tentang masa SMA.
Belajar IPA sampai larut..
Tekun dan rutin itu kunci..
Pembuka gudang masa depan
hingga kita memilih apa yg diinginkan..
Pergi subuh ke masjid istiqomah..
Mengaji ke ustad usman..
Membawa tape recorder merekam ceramah.
Papah, ternyata engkau pernah remaja, berjiwa muda. Membayangkan itu saya jadi ingin pergi jihad. Membawa buku dan pena. Mencoret2 dunia dengan kebenaran.
Papah.. Pernah cerita tentang kuliah. Saat ujian semester. Adzan dhuhur berkumandang.
'pa dosen, saya izin shalat'
'lho ini sedang ujian?!'
papah cuek saat itu.. Karena papah tau dari rasulullah.. Seandainya seseorang tahu besarnya pahala shalat di shaf pertama, niscaya orang akan berjalan menuju shalat itu walau dengan merangkak..
Nilainya jd C.. Tak apa apa, Nilai kuliah ditukar dengan dunia dan seisinya..
Mendengar kisah itu pah, saya jadi malu. Begitu malu..
Betapa gobloknya aku melalikan shalat 5 waktu..
Shubuh setiap hari, melintasi sawah. Tidak menghiraukan ular. Pergi ke masjid yg jauh untuk shalat berjamaah shubuh. Memakai sepatu bot. Mungkin karena itu pah Allah memanggilmu ke mekkah.
Min haitsu laa yahtasib.
Dari rezqi yang tidak terduga darimana datangnya...
Papah yg selalu latihan ceramah dirumah. Membaca majalah sampai menumpuk. Mengajar fisika pada saya masalah vektor dan fluk. Saya mau SNMPTN, ingin masuk UI.
Papah yg selalu mengesms aku.. Waktu di pesantren garut ngesms selalu.. Sampai waktu dirumah pun papah sms aku..
'nan nuju naon?'
saya merasa seperti org gila bila membalas sms itu.. Lalu engkau menelepon.. Padahal hanya beda kamar..
'nan, naha teu dibelas, nuju naon?'
'dasar aneh.. Hhahahahaha' kataku sambil tertawa
'Hahahahahhaha' papah ikut tertawa...
Papah. God bless you..
Bahasa sundana mah.. Mugi dipikanyaah Allah pah.. Doakan saya anakmu.. Yg lebih kasep darimu..
No comments:
Post a Comment